Ultah Jakarta, sang Metropolis yang di-tunggang langgang-i
Posted on Wednesday, June 23, 2004
Kemaren tanggal 22 Juni 2004 adalah hari ulang tahun kota Jakarta yang ke 477,... tua sekali yah. Dan memang semakin keliatan tua kalow kita melihat apa yang ada sekeliling kita di jakarta ini. Sementara kota-kota metropolis lainnya di luar sana semakin berkembang secara cerdas dan makin cantik, Jakarta seakan terus membesar seperti bayi ajaib tua yang terus tumbuh tapi sekedar menggeliat, ngulet-ngulet, terlihat pengen bangun untuk kemudian tidur lagih.... tanpa pernah mandi, tanpa pernah gosok gigi, tanpa berbenah diri......
Lantas, kami merayakan hari ulang tahun jakarta inih dengan menghadiri acara peluncuran buku
"Jakarta: Metropolis tunggang Langgang" karya Marco Kusumawijaya (si pengamat perkotaan, pakarnya permasalahan Jakarta), bertempat di perpustakaan British Council, Gedung S. Widjojo, Jakarta.
Dalam kesempatan itu pula diadakan bincang-bincang soal jakarta dan juga buku ini, bersama:
- Andre Sjahreza, Chief Editor, majalah Djakarta!
- Bambang Eryudhawan, Ketua Ikatan Arsitek Indonesia
- Ign. Haryanto (moderator) Wakil direktur Lembaga Studi Pers dan Pembangunan/LSPP
Ditemani pula dengan bintang tamu istimewa, Bang Mandra (budayawan betawi yang menjadi aktor bintang dalam sinetronnya yang terkenal:
Mandragade)
Tidak jauh beda dengan bincang-bincang soal kota Jakarta lainnya, para tamu dalam bincang-bincang itu hanya menambah warna kekompleks-an permasalahan ibukota,.... Aku sih tadinya mengharapkan diskusinya akan membahas apa yang ada di buku ini, tapi yang ada adalah sekumpulan pujian kepada marco serta, segerombolan keluh-kesah yang keluar deh,... terutama dari para peserta diskusi yang berkomentar sana sini, keluh kesah karena perlakuan "mereka-mereka" yang semena-mena terhadap kota Jakarta-nya yang tercinta. Jadinya mereka cuman keliatan men-
stabilo apa yang udah dirangkum dengan cukup detail dan compre oleh Marco dalam bukunya itu.
Dan memang buku ini gak bermaksud menjadi sebuah rujukan untuk pengupasan yang lebih dalam demi penyelesaian permasalahan yang ada. Mungkin sekedar mencoba mengurai benang kusut permasalahan yang ada, atau bahkan cuman sekedar menandai titik2 kusut yang ada untuk kemudian kita pikirkan cara menguraikan kekusutan itu.
Namun buku ini sangat bagus buat mereka yang ingin mengenal jakarta dan grusak-grusuknya permasalahan di jakarta. Sangat berguna buat mereka yang suatu hari mungkin ditanya kolega-nya dari luar jakarta, atau dari luar negeri: "Kota Jakarta, permasalahan apa sih ayang ada di sinih? Ceritain dong..." . Dan kamu, setelah baca buku ini akan bisa bercerita banyak, mulai dari masalah kemegahan metropolis yang ditawarkan jakarta, ke-kampungannya yang seperti koreng yang kering minta digaruk, sampai pada masalah arsitektur lingkungan fisik, biologis maupun estetis, history kotanya yang terditorsi dan terlupakan, nilai-nilai campuran budaya-nya yang tinggal kenangan, ... juga precil-precil detail permasalahan amburadulnya transportasi dan angkutan umum, publik space yang tak tersisa, sektor informal kaki lima versus komersialisme/konsumerisme kota dan kamu juga bisa menambahkan serunya cerita seputar warna keruhnya politik di kota jakarta serta warganya yang haus namun buta akan demokrasi dan atribut-atributnya.
Dengan banyak cukup detail deskriptif dan sedikit beberapa uraian solutif dalam buku ini, mungkin gak bisa kita bilang buku ini menjawab semua pertanyaan seputar jakarta, tapi bisa kuat mematrikan pesan-pesan kalow tak cukup seorang Marco K., yang mungkin ditemani gerombolan2 koleganya di sekitarnya, untuk terus bicara,concern,speak-up about change or reformation untuk jakarta. Karena jakarta khan milik semua. Singkatnya buku ini diharapkan dapat membuat semua orang yang membacanya paling tidak menjadi sedikit merenung sebelum tidur atau ketika bengong di dalam biskota, atau dalam mobil di tengah kemacetan. Membuat mereka sedikit prihatin, perhatian, sedikit stress tapi stress yang bikin gemas (gemas karena pengen orang lain berbuat sesuatu ataupun gemas karena pengen berbuat sesuatu). Trus semakin banyak yang merenung, sehingga pesan-pesan itu mengkristal di masing-masing kepala orang, sampai pada suatu saat, kristal itu jadi besar, cukup besar seukuran genggaman tangan, untuk kemudian di kumpulin dan digunakan pada suatu kesempatan melempar batu2 kristal tersebut ke rumah dinas gubernur (atau siapa tau kena jidatnya Sutiyoso), dan teriak: "Cukup, cukup lah, So..... males gua punya gubernur kayak eluh!!" huehehehehe..... Atau nunggu batu-batu kristal itu terkumpul kemudian dijadikan bola kristal yang besar dan digulingkan ke balaikota, melindas semua anggota DPRD yang gak pernah ngapa-ngapain atau mikirin kota-nya.....
Anyway,.. selamt ulang tahun lah yah, Jak..... bangun dari tidur dan mandi sanah! trus berbenah diri yah, dandan dong!..
males banget sih??!!!... :P
Labels: Jakarta, kota
===>>> Digores oleh: dwiAgus di | @ 2:57 PM
| |
<<< === === >>>