:::::: Ujung Jariku ::::::


HOME

UjungJariku

PROFIL PENGGORES

B. Dwiagus S.
Peziarah penasaran.
Pengembara di jalan kehidupan.
Plegmatis bermimpi jadi pemimpin.
Pragmatis pengejar solusi dingin.
Perenung aneh yang pendiam dan sederhana.
Pengumbar cinta untuk: Klaudia dan Lentera.

Mama Lentera Lentera

TEMA & TOPIK


TULISAN TERBARU

Tilik Tetangga



jejaring

KomunitasReferensi BloggerFamily
IKANED IAP
ASEAN Secretariat GTZ
MediaCare
Bike-to-Work Indo-MONEV

ARSIP AKBAR
KOLOM KAMPANYE

Ultah-Bike-to-Work



FEED FOR FUN

UjungJariKu

↑ Grab this Headline Animator



TUMPANG TENAR

Profil Facebook de Benedictus Dwiagus Stepantoro



ATRIBUT APRESIASI

Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com

Blogger

Get Firefox!

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 2.5 License.
Desain dasar dari: Blogskins
Image: PGP!
Brushes: Rebel-heart
Designer: Ebullient*




Selamat Hari Kesehatan Nasional - bersepeda yuk

Posted on Thursday, November 12, 2009

Hari ini saya mau mengucapkan selamat Hari Kesehatan Nasional kepada negeri ini.

Dan seperti biasa DEPKES merayakannya dengan gegap gempita kali ini dengan mengusung tema: Lingkungan Sehat, Rakyat Sehat. Mungkin tepat ya tema ini, di saat beberapa orang mempertanyakan program pencegahan yang ditengarai terabaikan pada masa kabinet sebelumnya, sekarang lah saatnya untuk kembali ke trek-nya dengan benar. Kalau kata Bu Endang, si Ibu Menteri yang baru, program kesehatan harus dari hulu ke hilir. Dari upaya pencegahan, sampai upaya penanganan/ pengobatan. Dan mungkin tepat juga tema ini, kalau data yang ditampilkan adalah seperti yang ditampilkan di website DEPKES: "Hasil RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2007 menunjukkan penyebab kematian bayi umur 29 hari – 11 bulan terbanyak (55,2%) disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan intervensi lingkungan dan perilaku, yaitu diare (31,4%) dan pneumonia (23,8%). Demikian pula proporsi penyebab kematian pada anak umur 4 – 11 tahun yaitu diare (25,4%) dan pneumonia (15,5%)." Jelas ada rasionalitas di situ tentang pentingnya menjaga lingkungan sehat demi mewujudkan rakyat yang sehat. Dan memang harusnya budaya menjaga lingkungan yang sehat itu menjadi bagian dari gaya hidup yang sehat pula. Tidak ada yang salah dengan tema itu.

Tapi sesuatu yang tidak salah, bisa juga masih kurang. Ada yang terlupakan di situ. Di sisi lain, data RISKESDAS juga mengungkapkan bahwa penyebab kematian terbesar di Indonesia adalah penyakit strok (15.4%), yang tidak begitu terkait dengan kualitas lingkungan sehat), dan kemudian disusul TB (kalau ini bisa terkait dengan kualitas lingkungan sehat), lalu ada hipertensi, diabetes serta penyakit jantung. Kalau melihat fenomena di daerah perkotaan, malah strok dan diabetes lah yang berkontribusi paling besar sebagai penyebab kematian. Kemudian kalau melihat tren-nya, penyakit menular macam diare, pneumonia, DB, malaria, malah ada kecenderungan menurun, sementara penyakit tidak menular macam strok, diabetes, hipertensi, jantung, malah merangkak naik. Penyakit-penyakit tidak menular itu lah sepertinya yang harus disasar juga oleh program pencegahan dengan membangun budaya perilaku sehat tidak hanya dengan menjaga kualitas lingkungan sehat, tapi juga menjaga asupan dan tak kalah penting adalah beraktivitas cukup yang menyehatkan.

Mudah-mudahan DEPKES tidak lupa,dan menjadikan agenda mereka juga, untuk mendorong gaya hidup sehat dengan menjaga perilaku beraktivitas yang menyehatkan.

Dan contoh nyatanya, buat kita, ya apalagi kalau bukan: bersepeda ke tempat kerja.

Jadi sebenarnya saya merindukan DEPKES mendukung kegiatan bersepeda ke tempat kerja, menjadi bagian dari program promosi kesehatan untuk upaya prevensi yang lebih efektif dan murah meriah, tidak hanya mendorong budaya menjaga lingkungan sehat tapi juga mendorong budaya menjaga perilaku beraktivitas menyehatkan.

Tapi rindu saya, saya pendam dulu, karena gejala-gejala menuju kesitu tidak ada. Walaupun terpampang ada 2 buah foto sepeda di pameran foto yg menjadi rangkaian perayaan Hari Kesehatan Nasional hari ini.


Artikel dan data terkait ada di sini:

1. http://bdwiagus.blogspot.com/2008/12/sepeda-dan-gaya-hidup-sehat.html

2. http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3616

Labels: , ,

===>>> Digores oleh: dwiAgus di UjungJariku | @ 9:58 AM | |

<<< === === >>>


NTT menjelang Revolusi KIA

Posted on Tuesday, August 11, 2009

Sebuah catatan foto ketika perjalanan IMET (Independent Monitoring Evaluation Team) Mission yang mengunjungi NTT (Kupang dan Belu), sekitar akhir Januari 2009 lalu, untuk melihat sejauh mana kegiatan proyek SISKES dukungan GTZ.

Sebuah catatan foto menjelang revolusi KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

Ini bukan sembarang revolusi. Ini revolusi untuk menaikkan derajat kesehatan ibu dan anak, serta menurunkan angka kematian ibu dan anak.

Sepertinya banyak tantangan.
Mungkin sebuah misi mustahil, atau bisa jadi ini sesuatu yang memecut semua orang untuk berbuat sesuatu untuk NTT.

Selamat menikmati foto-foto ini, walaupun sudah agak lama....

Labels: ,

===>>> Digores oleh: dwiAgus di UjungJariku | @ 4:24 AM | |

<<< === === >>>


Keluh Kesah, dilempar Sesah

Posted on Wednesday, June 03, 2009

Di tanah tempat aku berpijak,
di negeri tempat aku beranak pinak.
Masih ada saja luak-luak,
yang kadang bikin muak...

Kenapa sebuah suara keluh kesah, sang penyuara lantas disesah...
Kenapa sebuah suara rasa tak berdaya, sang penyuara lantas dipenjara...

Mungkin saya tak sanggup menanggung sesah Bunda Prita
Mungkin saya tak sanggup merasakan sakit dan sepi di penjara

Saya yang lemah ini, cuman bisa,...
mencatatnya,...

Beginilah suara sang bunda, si tak berdaya, yang disesah dan dipenjara.
Keluh kesah yang biasa, curahan hati yang membara ...
apa salahnya dengan itu semua?
Sabtu, 30/08/2008 11:17 WIB

RS OMNI DAPATKAN PASIEN DARI HASIL LAB FIKTIF.

Prita Mulyasari - suaraPembaca

Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa manusia lainnya, terutama anak-anak, lansia dan bayi.

Bila anda berobat, berhati-hatilah dengan kemewahan RS dan title International karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba pasien, penjualan obat dan suntikan.

Saya tidak mengatakan semua RS International seperti ini tapi saya mengalami kejadian ini di RS Omni International.

Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB, saya dengan kondisi panas tinggi dan pusing kepala, datang ke RS. OMNI Intl dengan percaya bahwa RS tersebut berstandard International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran dan manajemen yang bagus.

Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39 derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah thrombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000, saya diinformasikan dan ditangani oleh dr. Indah (umum) dan dinyatakan saya wajib rawat inap. Dr. Indah melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000. Dr. Indah menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan tapi saya meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan RS ini. Lalu referensi dr. Indah adalah dr. Henky. Dr. Henky memeriksa kondisi saya dan saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif demam berdarah.

Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau ijin pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan pagi, dr.Henky visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi hasil lab semalam bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?), saya kaget tapi dr. Henky terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya diberikan berbagai macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa ijin pasien atau keluarga pasien. Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap masih sama dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya sangat kuatir karena dirumah saya memiliki 2 anak yang masih batita jadi saya lebih memilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini supaya saya cepat sembuh dan saya percaya saya ditangani oleh dokter profesional standard Internatonal.

Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap suntik tidak ada keterangan apapun dari suster perawat, dan setiap saya meminta keterangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, lebih terkesan suster hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus menerimanya. Satu box lemari pasien penuh dengan infus dan suntikan disertai banyak ampul.

Tangan kiri saya mulai membengkak, saya minta dihentikan infus dan suntikan dan minta ketemu dengan dr. Henky namun dokter tidak datang sampai saya dipindahkan ke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke 39 derajat dan datang dokter pengganti yang saya juga tidak tahu dokter apa, setelah dicek dokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr. Henky saja.

Esoknya dr. Henky datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk memberikan obat berupa suntikan lagi, saya tanyakan ke dokter tersebut saya sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus udara. Saya tanyakan berarti bukan kena demam berdarah tapi dr. Henky tetap menjelaskan bahwa demam berdarah tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali infus sebelah kanan dan kembali diberikan suntikan yang sakit sekali.

Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang sesak napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang namun hanya berkata menunggu dr. Henky saja. Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus padahal tangan kanan saya pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya. Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak dilakukan suntikan dan obat-obatan.
Esoknya saya dan keluarga menuntut dr. Henky untuk ketemu dengan kami namun janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami dan kakak-kakak saya menuntut penjelasan dr. Henky mengenai sakit saya, suntikan, hasil lab awal yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan sesak napas yang dalam riwayat hidup saya belum pernah terjadi.

Kondisi saya makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata kiri saya.

Dr, Henky tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan, dokter tersebut malah mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat-obatan kembali dan menyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami berdebat mengenai kondisi saya dan meminta dr. Henky bertanggung jawab mengenai ini dari hasil lab yang pertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan saja. Dr. Henky menyalahkan bagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.

Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulai membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat namun saya tetap tidak mau dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Tapi saya membutuhkan data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan dengan diberikan data medis yang fiktif.

Dalam catatan medis, diberikan keterangan bahwa BAB saya lancar padahal itu kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak ada follow upnya samasekali. Lalu hasil lab yang diberikan adalah hasil thrombosit saya yang 181.000 bukan 27.000.
Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun sangat dikagetkan bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang tercetak adalah 181.000, kepala lab saat itu adalah dr. Mimi dan setelah saya complaint dan marah-marah, dokter tersebut mengatakan bahwa catatan hasil lab 27.000 tersebut ada di Manajemen Omni maka saya desak untuk bertemu langsung dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut.

Saya mengajukan complaint tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh Ogi (customer service coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam tanda terima tersebut hanya ditulis saran bukan complaint, saya benar-benar dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan staff Ogi yang tidak ada service nya sama sekali ke customer melainkan seperti mencemooh tindakan saya meminta tanda terima pengajuan complaint tertulis.

Dalam kondisi sakit, saya dan suami saya ketemu dengan Manajemen, atas nama Ogi (customer service coordinator) dan dr. Grace (customer service manager) dan diminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian yang terjadi dengan saya. Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan dari lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan 181.000 makanya saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi thrombosit 181.000 saya masih bisa rawat jalan.

Tanggapan dr. Grace yang katanya adalah penanggung jawab masalah complaint saya ini tidak profesional samasekali. Tidak menanggapi complaint dengan baik, dia mengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab 27.000 sesuai dr. Mimi informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara lab, Manajemen dan dr. Henky namun tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke atas (Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam 4 sore.

Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi saya dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular, menurut analisa ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan namun sudah parah karena sudah membengkak, kalau kena orang dewasa yang ke laki-laki bisa terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista. Saya lemas mendengarnya dan benar-benar marah dengan RS Omni yang telah membohongi saya dengan analisa sakit demam berdarah dan sudah diberikan suntikan macam-macam dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak napas.

Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan memang saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak napas.

Suami saya datang kembali ke RS Omni menagiih surat hasil lab 27.000 tersebut namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan meminta diberikan waktu besok pagi datang langsung ke rumah saya. Keesokan paginya saya tunggu kabar orang rumah sampai jam 12 siang belum ada orang yang datang dari Omni memberikan surat tersebut. Saya telepon dr. Grace sebagai penanggung jawab compaint dan diberikan keterangan bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah saya namun sampai jam 4 sore saya tunggu dan ternyata belum ada juga yang datang kerumah saya. Kembali saya telepon dr. Grace dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim dan ada tanda terima atas nama Rukiah, ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali, dirumah saya tidak ada nama Rukiah, saya minta disebutkan alamat jelas saya dan mencari datanya sulit sekali dan membutuhkan waktu yang lama. Logikanya dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surat tertujunya kemana kan ? makanya saya sebut Manajemen Omni PEMBOHONG BESAR semua. Hati-hati dengan permainan mereka yang mempermainkan nyawa orang.

Terutama dr. Grace dan Ogi, tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanan customer, tidak sesuai dengan standard International yang RS ini cantum.

Saya bilang ke dr. Grace, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebut dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis saja dan pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami, pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maaf atas ketidaknyamanan kami dan tidak disebutkan mengenai kesalahan lab awal yang menyebutkan 27.000 dan dilakukan revisi 181.000 dan diberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk dari sebelum masuk ke RS Omni.

Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? karena saya ingin tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif saja supaya RS Omni mendapatkan pasien rawat inap. Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan janji maka sebenarnya adalah hasil lab saya 27.000 adalah FIKTIF dan yang sebenarnya saya tidak perlu rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesak napas dan kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung tertangani
dengan baik.

Saya dirugikan secara kesehatan, mungkin dikarenakan biaya RS ini dengan asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya semaksimal mungkin tapi RS ini tidak memperdulikan efek dari keserakahan ini.
Ogi menyarankan saya bertemiu dengan direktur operasional RS Omni (dr. Bina) namun saya dan suami saya terlalu lelah mengikuti permainan kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan dirawat di RS lain.

Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang selaput atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya tidak jelas dan apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini membutuhkan waktu yang cukup untuk menyembuhkan.

Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing-masing, benar.... tapi apabila nyawa manusia dipermainkan oleh sebuah RS yang dpercaya untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh mengecewakan, semoga Allah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni supaya diingatkan kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang tua yang tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan medis, mudah-mudahan tidak terjadi seperti yang saya alami di RS Omni ini.

Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah karyawan atau dokter atau Manajemen RS Omni, tolong sampaikan ke dr. Grace, dr. Henky, dr. Mimi dan Ogi bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demi perusahaan Anda.

Saya informasikan juga dr. Henky praktek di RSCM juga, saya tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dari dokter ini.

salam,

Prita Mulyasari



Begini kata sang penguasa, si arogan, tanpa takut dan tanpa malu
PENGUMUMAN & BANTAHAN

Kami, RISMA SITUMORANG, HERIBERTUS & PARTNERS, Advokat dan Konsultan
HKI, berkantor di Jalan Antara No. 45A Pasar Baru, Jakarta Pusat, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama OMNI INTERNATIONAL HOSPITAL ALAM SUTERA, Dr. HENGKY GOSAL, SpPD dan Dr. GRACE HILZA YARLEN NELA;

Sehubungan dengan adanya surat elektronik (e-mail) terbuka dari SAUDARI PRITA MULYASARI beralamat di Villa Melati Mas Residence Blok C 3/13 Serpong Tangerang (mail from: prita.mulyasari@ yahoo.com) kepada customer_care@ banksinarmas. com, dan telah disebarluaskan ke berbagai alamat e-mail lainnya, dengan judul 'PENIPUAN OMNI INTERNATIONAL HOSPITAL ALAM SUTERA TANGERANG';

Dengan ini kami mengumumkan dan memberitahukan kepada khalayak umum/masyarakat dan pihak ketiga, 'BANTAHAN kami' atas surat terbuka tersebut sebagai berikut:

1. Bahwa isi surat elektronik (e-mail) terbuka tersebut tidak benar serta tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya terjadi (tidak ada penyimpangan dalam SOP dan etik), sehingga isi surat tersebut telah menyesatkan kepada para pembaca khususnya pasien, dokter, relasi OMNI INTERNATIONAL HOSPITAL ALAM SUTERA, relasi Dr. HENGKY GOSAL, SpPD, dan relasi Dr. GRACE HILZA YARLEN NELA, serta masyarakat luas baik di dalam maupun di luar negeri.

2. Bahwa tindakan SAUDARI PRITA MULYASARI yang tidak bertanggungjawab tersebut telah mencemarkan nama baik OMNI INTERNATIONAL HOSPITAL ALAM SUTERA, Dr. HENGKY GOSAL, SpPD, dan Dr. GRACE HILZA YARLEN NELA, serta menimbulkan kerugian baik materil maupun immateril bagi klien kami.

3. Bahwa atas tuduhan yang tidak bertanggungjawab dan tidak berdasar hukum tersebut, klien kami saat ini akan melakukan upaya hukum terhadap SAUDARI PRITA MULYASARI baik secara hukum pidana maupun secara hukum perdata.

Demikian PENGUMUMAN & BANTAHAN ini disampaikan kepada khalayak ramai untuk tidak terkecoh dan tidak terpengaruh dengan berita yang tidak berdasar fakta/tidak benar dan berisi kebohongan tersebut.

Jakarta, 8 September 2008

Kuasa Hukum
OMNI INTERNATIONAL HOSPITAL ALAM SUTERA,
Dr. HENGKY GOSAL, SpPD dan Dr. GRACE HILZA YARLEN NELA
RISMA SITUMORANG, HERIBERTUS & PARTNERS

Sebuah tanggapan tak bermakna selain sebagai upaya kriminalisasi.
Bukannya menaggapi secara detail segala keluhan dari Bunda Prita, malah melempar tuntutan perdata dan pidana.
Gila, sungguh gila,....

Cuma ada satu kata: LAWAN

Dukung Bunda Prita...!!!


Labels:

===>>> Digores oleh: dwiAgus di UjungJariku | @ 9:57 AM | |

<<< === === >>>


Situ Gintung?

Posted on Monday, May 25, 2009

Melihat foto-foto ini,...


Lokasi: Villa Escudero, Philippines (http://www.villaescudero.com/)

jadi ingat situ gintung yang merana,....


Lokasi: Situ Gintung (gambar diambil oleh seorang rekan)


Labels: , ,

===>>> Digores oleh: dwiAgus di UjungJariku | @ 3:28 PM | |

<<< === === >>>


Reformasi Adminduk di Pidie, ACEH

Posted on Tuesday, March 03, 2009

Keterangan: Adminduk = Administrasi Kependudukan

Pastinya anda pernah mengurus KTP di kelurahan atau kecamatan tempat tinggal anda. Juga pernah mengurus kartu keluarga dan akta kelahiran, khan. Pasti punya pengalaman-pengalaman tersendiri ya. Atau mungkin anda malah seringnya minta bantuan ketua RT/RW ajah, biar mereka yang mengurus semua itu. Mungkin ada yang bisa kena biaya murah, tapi mungkin juga bisa kena biaya mahal nan gak masuk akal. Mungkin juga ada pengalaman anda bikin KTP ganda, atau Kartu Keluarga yang ajaib isinya. Pernah dengar juga seorang blogger yang diperiksa polisi karena menulis pengalaman tidak menyenangkan ketika mengurus KTP di kecamatan? Yah begitu lah, banyak macamnya.

Tapi ijinkan saya untuk membawa anda ke sebuah Kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam. Kabupaten Pidie, yang melakukan sebuah reformasi, atau apa namanya ya, dalam bidang kependudukan dan pencatatan sipil. Dengan bantuan dari GTZ, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, yang tadinya adalah unit kecil dalam organisasi pemda, tapi sekarang sudah menjadi Dinas khusus, mencoba meningkatkan pelayanan publik mereka kepada masyarakat di Kabupaten mereka.

Untuk konteks Aceh, upaya mereka untuk meningkatkan pelayanan publik dalam bidang kependudukan dan pencatatan sipil ini sangat strategis dan vital sekali. Mengingat banyak daerah yang terkena tsunami, tidak mempunyai data kependudukan yang lengkap, karena banyak yang tersapu gelombang tsunami tersebut. Selain itu, dengan adanya MoU Helsinki, KTP nasional sudah harus berlaku, dan tak ada lagi KTP merah putih. Tambahannya, data kependudukan tentunya sangat diperlukan untuk persiapan pemilu, bukan?

Tapi, lebih dari itu, apa yang melekat pada dokumen-dokumen kependudukan itu (KTP,KK, Akta Kelahiran) justru jauh sangat penting, yaitu hak-hak mereka sebagai warganegara, untuk mendapatkan semua pelayanan publik yang mereka berhak dapatkan.

Untuk masyarakat Kabupaten Pidie, mereka bisa lebih bahagia dengan adanya reformasi ini. Lihat, merekabisa mendapatkan dokumen kependudukan itu dengan biaya sangat murah (hanya 15 ribu rupiah) dan bahkan gratis (untuk KTP). Kalau dokumen yang dibutuhkan disertakan dalam pengajuan permohonan, dalam hitungan beberapa menit, KTP bisa didapat. Akta kelahiran juga bisa didapat pada hari itu juga. Mereka juga tak perlu bawa pas photo, karena ada kamera. Mereka yang tak bisa datang untuk difoto, bisa memberikan pas foto, untuk kemudian discan.

Dan mereka yang ada di desa, juga tak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk datang ke kantor pelayanan Dinas ini, karena ada dua mobil UP3SK (Unit Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Keliling) yang punya jadwal kunjungan ke desa-desa dan melayani mereka mendapatkan dokumen kependudukan yang mereka butuhkan.

Saya sendiri kurang tahu, apa ada kantor dinas kependudukan dan pencatatan sipil yang seperti ini di tempat lain. Begitu transparan, cepat, tanggap, dan profesional. Apa ada di kecamatan di Jakarta ya? Saya kok gak yakin in ada di Jakarta ya? Entah lah.

Ini foto-fotonya:



Labels: ,

===>>> Digores oleh: dwiAgus di UjungJariku | @ 5:38 PM | |

<<< === === >>>