:::::: Ujung Jariku ::::::


HOME

UjungJariku

PROFIL PENGGORES

B. Dwiagus S.
Peziarah penasaran.
Pengembara di jalan kehidupan.
Plegmatis bermimpi jadi pemimpin.
Pragmatis pengejar solusi dingin.
Perenung aneh yang pendiam dan sederhana.
Pengumbar cinta untuk: Klaudia dan Lentera.

Mama Lentera Lentera

TEMA & TOPIK


TULISAN TERBARU

Tilik Tetangga



jejaring

KomunitasReferensi BloggerFamily
IKANED IAP
ASEAN Secretariat GTZ
MediaCare
Bike-to-Work Indo-MONEV

ARSIP AKBAR
KOLOM KAMPANYE

Ultah-Bike-to-Work



FEED FOR FUN

UjungJariKu

↑ Grab this Headline Animator



TUMPANG TENAR

Profil Facebook de Benedictus Dwiagus Stepantoro



ATRIBUT APRESIASI

Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com

Blogger

Get Firefox!

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 2.5 License.
Desain dasar dari: Blogskins
Image: PGP!
Brushes: Rebel-heart
Designer: Ebullient*




merdeka atau mati: kalau gak merasa merdeka, mati aja??

Posted on Tuesday, August 22, 2006

Kadang heran, melihat banyak orang yang merasa kita ini belum merdeka,.... atau mereka bilang: "kita belum merdeka sepenuhnya". Bahkan di infotainment pun beberapa artis dengan semangatnya bilang: "ah, kita ini masih belum merdeka kok,.. jadi biasa ajah lah" ...

Saya jadi bingung, kita ini memangnya belum merdeka ya? Trus memangnya kurang merdeka apanya nih? Merdeka sepenuhnya itu seperti apa?

Padahal menurut saya sih, kita ini udah jauh lebih merdeka daripada beberapa negara lainnya. Kita bisa punya pers yang merdeka, dan kita bisa merdeka untuk cela-cela pemerintah dan kepala negara. Kita sekarang bisa lebih merdeka untuk teriak2 utuk menuntut keinginan kita. lebih merdeka untuk teriak2 tentang ketidak adilan dan kesewenang-wenangan. Lebih merdeka untuk mencari kebahagiaan dan kesejahteraan. Dan banyak kemerdekaan lain yang kita punya. Terima kasih pada para pahlawan kita.

Kalau membandingkan beberapa negara lain, kita jauh lebih merdeka. Coba liat Irak sana. Coba liat Kuba. Coba liat beberapa negara afrika sana. Kalau mau lebih dekat lagi coba liat Myanmar sana. Beberapa waktu lalu, berkunjung ke Myanmar. Gak bisa bayangin, mereka bisa menjalani semuanya dengan masih bisa tersenyum, dimana hampir sgala-alanya dibatasi oleh pemerintah. Bayangkan akses email yang sangat2 terbatas. Bayangkan Yahoo dan Hotmail yang tak bisa diakses sama sekali. Email harus diregister ke pemerintah, dan discreening. Bayangkan untuk memiliki mobile, yang low-end technology sekalipun, harus mengeluarkan harga yang tertinggi di dunia. Bayangkan pmerintahan yang harus manut-manut ajah dengan rezim militernya, ketika ibukotanya harus pindah ke tengah hutan sana. Bayangkan kita gak bisa mencela-cela bahkan mencandai presidennya, kalau tak mau berakhir di penjara. Tak terbayangkan.

Dan mereka bilang kita belum merdeka sepenuhnya, karena kita belum merdeka dari kemiskinan, pengangguran, kriminalitas. Katanya lagi, kita belum merdeka dari segala bencana. Saya malah tak mengerti. Kenapa jadi begini. Memangnya salah siapa kalau banyak kemiskinan, pengangguran atau kriminalitas. Salah presiden semata? Salah DPR semata? Salah para menteri semata? Padahal saya setuju seperti kata adhitya, kalau itu semua warga negara mengambil bagian dari kesalahan itu lah, termasuk kita, karena negara khan terbentuk oleh para warga negaranya.

Padahal dulu semangatnya katanya walaupun hujan batu di negeri sendiri, Indonesia tetap negaraku . Susah atau senang mau gak yah kita mengakui bahwa negeri kita ini auh lebih baik adanya. Jauh lebih merdeka.
Dan segala kekurangan yang ada di negara kita ini bukan berarti membuat kita berkurang kemerdekaan kita (less-freedom),... Bukan berarti kita berkurang kemerdekaan kita cuman karena ada beberapa orang yang menyalahgunakan kemerdekaan itu. Justru mestinya menyegarkan kembali semangat kmerdekaan kita untuk membangun bersama, berkontribusi bersama. Daripada mengintrospeksi diri dengan bertanya-tanya terus dan menyesali betapa "kurang merdeka"nya kita, mendingan bertanya-tanya apa yan gsudah kita berikan dan berbagi komitmen untuk memberikan sumbangan dan kontribusi ke negara kita sebagai penghargaan atas kemerdekaan yang sudah diberikan pahlawan kta. Toh kemerdekaan bukan sebagai sesuatu yang taken for granted khan?

Ingat khan teriakan merdeka atau mati yang sering diteriakin oleh para pejuang kita, dan ditulis di tembok2 ketika jaman perjuangan dulu? Apa artinya itu?
Apa lantas kalau kita gak merasa merdeka, apa kita lantas mati ajah? Bukan itu khan? Dan bukan berarti kalau merasa kurang merdeka, lantas mengeluh dan do nothing?
Justru slogan itu bilang ke kita untuk selalu berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan kita karena memang sudah diberikan ke kita.

Jadi, bersyukurlah, dan ucapkan syukurmu dengan dirimu sendiri menghargainya, karena tak ada yang berkurang sedikitpun dari kemerdekaanmu itu.

Salam merdeka!

Labels: ,

===>>> Digores oleh: dwiAgus di UjungJariku | @ 10:27 AM | |

<<< === === >>>


Lomba Foto Blogfam - Perayaan Kemerdekaan RI -

Posted on Friday, August 18, 2006

Pertama,

Judul: Mewarnai Kemerdekaan
Keterangan:
Seorang anak remaja, mewarnai kemerdekaannya dengan caranya sendiri yang penuh warna-warni.
Lokasi: Sebuah lomba menggambar, di Pameran Flora dan Fauna, di Lapangan Banteng, Jakarta, 17 Agusus 2006.

----------------------------------------------------

Kedua,

Judul: Aku cinta Bapak Kemerdekaanku
Keterangan: Seorang anak mengekspresikan kebanggaanya pada Bapak Kemerdekaan bangsa kita. Mungkin ingin menjadi presiden seperti idolanya tersebut kalau sudah cukup besar nanti.
Lokasi: Sebuah pawai, daerah Manggarai, Jakarta, 17 Agusus 2006.

Labels: ,

===>>> Digores oleh: dwiAgus di UjungJariku | @ 10:40 AM | |

<<< === === >>>


Kisah Kasih Ortu dan Anak: Inspirasi atau Menggurui?

Posted on Thursday, August 17, 2006


Review Buku
Judul : Teen World : Ortu Kenapa Sih ?
Penulis : Blogfam
Editor: Benny Ramdhani
Diterbitkan oleh : Penerbit Cinta

Mendengar kisah-kisah orang lain dengan membaca buku memang mengasyikkan, karena pastinya penuh inspirasi. Contoh buku kumpulan kisah-kisah seperti itu yang banyak orang tahu dan sudah baca adalah Chicken Soup for the Soul yang sudah disusul dengan banyak variasinya seperti Chicken Soup for the Soul at Work, Chicken Soup for the Teen’s Soul, dan lain-lainnya. Buku-buku seperti itu, tepat seperti judulnya, seperti sup ayam yang menyehatkan, karena bisa menghangatkan jiwa ketika badan atau jiwa sedang lesu-lesunya.

Ya, menghangatkan dan sering kemudian menyembuhkan. Seperti halnya pula buku “Ortu Kenapa, Sih?“ (OKS) yang disusun oleh penulis dari Blogfam, komunitas webblogger Indonesia. Buku ini mengkompilasi beberapa pengalaman hidup beberapa anggota Blogfam ketika menghadapi konflik dengan ortu mereka.

Blogfam sendiri sudah menjadi forum virtual bagi para webblogger untuk berbagi cerita, berbagai pengalaman, dan bahkan berbagi perasaan. Jadi proyek pembuatan buku OKS ini sejatinya memperluas media virtual para blogger itu ke media yang lain dalam bentuk sebuah buku. Dan dengan buku ini pula, beberapa anggota Blogfam, mewakili banyak remaja lainnya, menyumbangkan kisahnya masing-masing, untuk menjadi inspirasi tak hanya bagi para remaja yang kadang sering bingung menghadapi orang tuanya, tapi juga bagi orang tua (atau calon orang tua) yang tak kalah bingungnya memahami remaja.

Buku ini membawa kita pada kenangan ketika mengalami masa sulit, tak mengenakkan atau bahkan penuh kepahitan, dengan orang tua kita. Tapi ketika sudah melalui masa-masa itu, kita pun akan mengenangnya dengan senyum, tawa, haru dan kadang air mata yang melegakan. Dalam buku ini, beberapa kisah perseteruan mulai dari persoalan kecil seperti pilihan ransel ibu yang jelek dan hobi yang tak direstui bapak, sampai persoalan cukup berat seperti kondisi keluarga yang memperkeruh komunikasi antara anak dan orang tua, cukup menggambarkan bahwa kita semua pernah tiba pada situasi ketika kita tidak bisa mengerti orang tua kita yang bahkan sampai membuat kita membenci mereka.

Tak banyak cara yang lebih mengena untuk memahami orang tua atau anak kecuali dengan mendengarkan pengalaman orang lain dan merefleksikannya dengan keadaan kita sekarang atau dengan kenangan kita masa lalu, yang lebih jauh lagi menjadi pembelajaran untuk masa depan kita. Dan seringnya remaja dan orang tua tak suka digurui. Walaupun ditekankan bahwa buku ini hanya sebagai inspirasi tanpa menggurui, tapi kesan menggurui dari buku ini samar-samar terlihat dari tips-tips yang menempel di setiap akhir dari cerita. Mungkin memang baik tujuan dari tips-tips itu, untuk memudahkan pembaca menangkap pesan dari kisah itu, namun dikhawatirkan itu malah membatasi pembaca berkreasi menciptakan tips-tipsnya sendiri yang sesuai dengan kebutuhan mereka tentunya. Daripada berderet-deret tips, sebuah kalimat sederhana berupa kutipan ataupun kesimpulan, rasanya sudah cukup menjadi penutup akhir setiap kisah sekaligus penerang (bukan pengarah) bagi pembaca untuk menangkap pesan dari setiap kisah. Pada akhirnya, buku OKS ini akan lebih cocok dibaca oleh para remaja dan orang tua sebagai buku kumpulan kisah-kisah yang penuh inspirasi dibandingkan sebagai buku tips and tricks. Buku ini terlihat memaksakan diri memberikan tips and trick, yang kalau dihilangkan pun tak akan menghilangkan makna dan pesan dari kisah yang dibagikan.

Membaca keseluruhan buku OKS ini, semua kisah memberi inspirasi. Namun ada dua cerita dalam buku ini yang sedikit mengganggu, karena meninggalkan tanda tanya atau lebih tepatnya rasa penasaran dengan konfliknya yang masih bergantung, tanpa sebuah bentuk penyelesaian. Cerita si Nunik dan si Fahmi yang sedikit membuat hati sedih dan bertanya kenapa harus berakhir seperti itu. Apakah akhir cerita seorang Fahmi yang bercita-cita jadi pemusik dan Nunik yang mencintai teater harus disertai dengan kekecewaan selama-lamanya kepada orangtuanya yang melarang dan tak menghargai dirinya, yang menyebabkan impiannya terkubur. Bagaimana proses mereka untuk rekonsiliasi dengan ortunya dan mengatasi kekecewaan mereka, serta bagaimana mereka menyikapinya dan tetap memegang harapan dan cita-citanya untuk jangan sampai mati dan terkubur. Mungkin untuk menjaga konsistensi dengan kisah-kisah lainnya, sebuah ending manis patut dihadirkan untuk kedua cerita tersebut.

Walau bagaimanapun, apresiasi yang sebesar-besarnya untuk komunitas Blogfam memang pantas diberikan. karya perdana ini membuka pintu-pintu baru bagi munculnya karya-karya lainnya. Bukan tak mungkin, akan menyusul volume 2, 3, 4 dan seterusnya dari buku OKS ini. Dan bukan mustahil kalau buku-buku dari Blogfam seperti ini akan bermunculan dengan berbagai tema remaja lainnya, seperti remaja dan sahabat, remaja dan sekolah dan tema-tema lainnya.

Labels: , ,

===>>> Digores oleh: dwiAgus di UjungJariku | @ 12:00 PM | |

<<< === === >>>