Peziarah penasaran.
Pengembara di jalan kehidupan.
Plegmatis bermimpi jadi pemimpin.
Pragmatis pengejar solusi dingin.
Perenung aneh yang pendiam dan sederhana.
Pengumbar cinta untuk: Klaudia dan Lentera.
Berhubung hujan deras sedang mengguyur jabotabek belakangan ini, saya jadi suka memantau berita di Kompas.Com kalau-kalau banjir mulai menyerang, terutama kawasan rumah saya. Dan ketika membuka kompas, ternyata ada artikel menarik di kompas yang judulnya: Membangun Kota (Sungai) Ramah Air. Memang menarik, ya, karena idenya memang bagus dan tepat. Sebuah kota harus bisa ramah dengan air, bukan lantas dilawan, disingkirkan dan ditutupi oleh beton-beton.
Tapi saya bukan mau cerita soal Jakarta. Karena bosen khan kalau Jakarta melulu, kenapa harus Jakarta, Jakarta, dan Jakarta lagi. Hehehhehe.
Saya mau cerita tentang Kota Semarang yang keliatannya "sangat ramah dengan air".
Saking ramahnya, ia mempersilahkan air menguasai jalanan, seperti berita di detik ini. Dan saking ramahnya pula, kalau anda berkunjung ke kota Semarang ini, jangan kaget bila sang air, akan menyambut anda di Stasiun Tawang Semarang.
Mari, saya sajikan foto-foto stasiun tawang beberapa hari lalu yang begitu "ramah dengan air" dan para pendatang yang naik kereta api ke semarang akan disambut hangat dengan air, dan mereka yang akan melakukan perjalanan balik meninggalkan Semarang akan dilepas dengan nyanyian sendu nan sepi sang air yang setia mendiami Stasiun Tawang.
Monggo, ....
Foto diambil sambil menunggu kereta Sembrani yang berangkat dari Semarang jam 23.50, pada hari Minggu, 11 Januari 2009.