:::::: Ujung Jariku ::::::


HOME

UjungJariku

PROFIL PENGGORES

B. Dwiagus S.
Peziarah penasaran.
Pengembara di jalan kehidupan.
Plegmatis bermimpi jadi pemimpin.
Pragmatis pengejar solusi dingin.
Perenung aneh yang pendiam dan sederhana.
Pengumbar cinta untuk: Klaudia dan Lentera.

Mama Lentera Lentera

TEMA & TOPIK


TULISAN TERBARU

Tilik Tetangga



jejaring

KomunitasReferensi BloggerFamily
IKANED IAP
ASEAN Secretariat GTZ
MediaCare
Bike-to-Work Indo-MONEV

KOLOM KAMPANYE

Ultah-Bike-to-Work



FEED FOR FUN

UjungJariKu

↑ Grab this Headline Animator



TUMPANG TENAR

Profil Facebook de Benedictus Dwiagus Stepantoro



ATRIBUT APRESIASI

Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com

Blogger

Get Firefox!

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 2.5 License.
Desain dasar dari: Blogskins
Image: PGP!
Brushes: Rebel-heart
Designer: Ebullient*




Sepeda dan Gaya Hidup Sehat

Posted on Thursday, December 04, 2008

Prolog: Sebuah Fenomena

Sering kita mendengar berita duka dari teman, tetangga, kolega, saudara, atau kenalan kita atas kematian seseorang yang disebabkan karena stroke atau sakit jantung. Bapak saya sendiri meninggal karena serangan jantung, pada umur menjelang 58 tahun. Jadi,sepertinya, memang tidak mengherankan fenomena ini bagi kita tidak asing. Fenomena ini sebenarnya dikonfirmasi oleh temuan hasil RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar), sebuah hasil survey kesehatan skala nasional yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), DEPKES, yang baru diluncurkan hasilnya kemarin tanggal 2 Desember 2008.

Hasil laporan RISKESDAS itu, mengemukakan distribusi kematian secara nasional disumbang paling besar oleh penyakit strok, disusul dengan TB, Hipertensi dan lain-lainnya. Terutama untuk kelompok umur 45 ke atas, penyebab kematian adalah Strok.


Dan sebenarnya penyakit seperti strok ini tidak pandang bulu di daerah perdesaan ataupun di perkotaan. Tiga besar penyebab kematian di perkotaan adalah stroke, diabetes dan hipertensi, sedangkan di perdesaan, strok, TB dan hipertensi.


Trend Mengkhawatirkan

Menarik pula diamati ketika kita melihat data trend distribusi penyebab kematian menurut kelompok penyakit, di mana terjadi pergeseran kecenderungan bertambahnya penyakit tidak menular sepanjang tahun sejak 1995 sampai 2007, sedangkan penyakit menular malah berkurang. Ini menunjukkan ada perbaikan upaya pemberantasan penyakit menular, namun kurang mengantisipasi penyakit-penyakit tidak menular (yang di dalamnya meliputi strok, hipertensi, diabetes mellitus, dan berbagai penyakit jantung).


Penyakit-penyakit tidak menular seperti itu yang selama ini menjadi silent-killer. Diam-diam merayap membunuh satu persatu orang di sekitar kita, atau bahkan kita sendiri. Perubahan gaya hidup ditengarai menjadi biang kerok ini, termasuk yang utama adalah perubahan kebiasaan konsumsi makanan dan kebiasaan beraktivitas.

Selain menjaga asupan makanan tentunya kita harus cukup beraktivitas yang menyehatkan, karena dengan aktivitas yang cukup, kita dapat memperkuat sistem kerja jantung dan pembuluh darah serta mengatur berat badan (yang sering menjadi faktor resiko penyakit diabetes, jantung, dan hipertensi. Dari data RISKESDAS, ditemukan bahwa sebagian masyarakat Indonesia, hampir setengahnya (48,2%)kurang melakukan aktifitas fisik (aktifitas fisik yang dilakukan berulang-ulang sekurangnya 150 menit selama 5 hari dalam 1 minggu). Intinya adalah melakukan aktifitas fisik adalah penting, dengan cara berolahraga.


Perubahan Kebiasaan Beraktivitas


Seorang kenalan baru, yang saya ajak ngobrol ketika acara RISKESDAS itu juga cerita. Seringnya penyakit disebabkan oleh karena ketidak seimbangan metabolisme. Ketidakseimbangan metabolisme biasanya disebabkan karena perubahan kebiasaan beraktivitas.


Sebagian besar dari kita pasti mengalami saat-saat di masa muda kita yang penuh beragam keaktifan.
Ikut tim basket, volley, atau sepakbola di SMA atau masa kuliah. Aktif jadi anggota klub/ektrakurikuler olahraga. Aktif jadi pengurus senat, ke sana kemari. Jalan-jalan ke berbagai tempat, plesiran, naik gunung, ikut penelitian. Dan macam-macam lagi. Tapi ketika lulus kuliah, dan masuk dunia kerja, sebagian besar dari kita langsung mendapatkan perubahan. Kegiatan-kegiatan seperti itu jadi seperti kemewahan. Dan kita tenggelam dalam gaya hidup beraktifitas yang lain.

Coba kita amati, kebanyakan dari kita yang sudah mulai menjadi pekerja selama beberapa tahun. Kita berangkat pagi pulang petang. Di perjalanan, kalau mengendarai kendaraan bermotor seperti mobil, aktifitas kita hanya buka pintu, kemudian duduk depan kemudi lantas konsentrasi. Paling-paling aktifitas kita cuman injak kopling, oper transmisi dan putar kemudi. Kalau mobil perseneling otomatis, lebih enak lagi. Gak perlu injak kopling. Begitu pula pengendara motor. Aktifitasnya mungkin agak lebih banyak sedikit, kalau iseng meliuk-liuk diantara kemacetan. Saya rasa aktifitas macam itu kurang cukup signifikan. Kalau sampai kantor, ya sudah, duduk depan computer, baca-baca dokumen, tulis sana, tulis sini. Kalau keluar kantor misalnya urusan kerja, paling tinggal masuk mobil kantor, terus kembali lagi di balik kemudi saja. Tak ada keaktifan yang signifikan.

Memang sih, ada beberapa pekerja yang menyempatkan diri untuk berolahraga di pusat kebugaran. Tapi gak banyak dibandingkan mereka yang habis waktunya di pekerjaan dan di perjalanan, sehingga untuk berolahraga di pusat kebugaran adalah suatu kemewahan besar bagi banyak orang. Dan kebanyakan pusat kebugaran diisi oleh mereka pekerja muda yang tidak terlalu sibuk. Bagaimana dengan mereka para pekerja yang harus kejar setoran berjibun. Yang habis waktunya karena lembur dan perjalanan dari kantor ke rumah atau sebaliknya.

Alhasil, tak jarang saya temui teman-teman lama yang berubah bentuk fisiknya ketika beberapa tahun bekerja. Ada yang membulat, melebar, dan menjabar, menjadikan faktor resiko bagi segala macam penyakit. Mereka itu lah yang kehilangan ritme aktifitas mereka yang tadinya cukup beraktifitas yang menyehatkan.


Bersepeda sebagai gaya hidup bagi pekerja dan masyarakat


Jadi, jelas beraktifitas yang menyehatkan atau berolahraga adalah sebuah kewajiban dan harus menjadi gaya hidup. Sebagai pekerja, sangat bisa dibilang, bersepeda ke dan dari tempat kerja (bike to work) adalah opsi yang paling bijaksana sebagai upaya membangun gaya hidup beraktifitas secara menyehatkan.

Dalam hal ini, dengan bike to work, tidak ada alasan masalah waktu luang, karena bike to work berarti mentransfer waktu yang digunakan selama perjalanan menggunakan kendaraan bermotor (yang kurang ada unsur aktifitas fisiknya) menjadi waktu beraktifitas olahragadengan sepeda, yang tentunya dengan aktifitas fisik yang lebih dari cukup untuk menjaga kesehatan kita. Tentunya ini lebih efektif dan efisien dibandingkan ke pusat kebugaran, toh yang dicari juga mesin treadmill dan sepeda statis.

Saya sendiri beberapa kali membaca kesaksian para pekerja bersepeda yang mengalami pemulihan kesehatan. Yang tadinya sering kumat asma, mendadak hilang kambuhnya. Belum lagi mereka yang girang karena mencatatkan kadar kolesterol dan gula yang berkurang karena rutin bersepeda.

Dan mungkin tepat seperti kata rekan baru saya di simposium RISKESDAS itu, ketika ia bilang, bahwa yang juga penting adalah bagaimana mencoba membangun pikiran sehat ke dalam diri sendiri, membangun sugesti dan positive thinking untuk menjadi stimulus bagi bagian otak kita (hipothalamus) yang bisa mengendalikan sistem kerja metabolisme, sistem imun dan sistem kesehatan tubuh kita. Dan sepertinya dengan gaya hidup berolahraga seperti bike to work ini, secara tidak langsung mempengaruhi bangunan pikiran kita terhadap tubuh kita sendiri untuk menjadi sehat.

Untuk itu, gaya hidup sehat seperti bike towork ini mestinya wajib dimasyarakatkan. Buat pemerintah, DEPKES mungkin, hal semua tersebut di atas mestinya menjadi momentum untuk terus menggalakkan gaya hidup sehat seperti bike to work ini ke masayarakat luas, selain program kampanye kebiasaan makan sehat dan program deteksi dini penyakit di fasilitas kesehatan di tingkat masyarakat. Karena, walau bagaimanapun, membangun gaya hidup yang sehat sebagai upaya preventif, akan lebih cost-effective.

Jadi wahai pekerja, jangan takut kehilangan ritme keaktifan fisik anda ketika masa-masa jaya anda dulu ketika masih kuliah atau belum bekerja. Juga jangan takut untuk memulai merubah gaya hidup yang menyehatkan dengan mulai bersepeda ke dan dari tempat kerja. Karena yang dibutuhkan hanya kemauan untuk memancalkan pedal sepeda anda. Setelah itu biarkan putaran pedal berikutnya membawa anda menikmati setiap gerak otot, jantung, pembuluh darah, paru-paru, dan kelenjar keringat yang akan begitu riang menggeretak dan menggelegak namun memberikan penyegaran baru bagi tubuh anda.

Jangan biarkan the silent killer tiba-tiba merampok kesehatan kita.
Karena yang lebih seru dan perlu adalah menularkan gaya hidup bersepeda bagi para pekerja di seantero negeri kita.

Mari, rayakan Tahun Sepeda 2009.
Karena bersepeda adalah sebuah gaya hidup,... terutama bagi pekerja.

Salam berjuta sepeda.

Labels: , ,

===>>> Digores oleh: dwiAgus di UjungJariku | @ 10:02 PM | |

<<< === === >>>