Posted on Friday, April 18, 2008
Kiranya tidak hanya Seminari Mertoyudan, tetapi juga seluruh ordo dan kongregasi suster/bruder mengalami krisis panggilan. Maka sekarang ini memang sedang digalakkan promosi panggilan di mana-mana, termasuk Seminari Mertoyudan.
Perlu kami informasikan, Seminari akan tetap sebagai pendidikan bagi calon-calon imam. Memang pernah ada wacana Seminari dibuka juga untuk mereka yang tidak ingin menjadi imam, tapi punya potensi untuk menjadi rasul awam yang tangguh. Tapi basisnya, Seminari tetap menjadi tempat pendidikan bagi calon-calon imam. Idenya, Seminari menjadi tempat pendidikan bagi calon imam dan calon awam. Hanya ide ini belum berkembang. Karena sekarang Seminari masih tetap seperti dulu.
Pendaftar masuk Seminari tahun ini, tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun lalu. Yang mendaftar dari SMP ada 134, ikut tes 124, lolos tes akademik dan wawancara 72 calon; dari SMA/SMK, pendaftar ada 23, ikut tes 2o, lolos tes akademiki dan wawancara 5 calon. Demikian sedikit info yang dapat saya sampaikan !
Saya kemudian jadi teringat gambar di bawah ini, yang judulnya "The Descent of the Modernists", by E. J. Pace, pertama kali muncul dalam bukunya, Christian Cartoons, diterbitkan tahun 1922. Gambar kartun ini saya temukan dalam buku "The Day the Universe Change" karya James Burke, dan saya scan deh (Kebetulan copyright gambar ini public domain, liat ajah di sini). Kalau kata si James Burke ini, kartun ini sebagai gambaran perubahan dunia (khususnya dunia kekristenan) ketika muncul teori Dawin (sebagai lambang modernitas saat itu) yang begitu cepat merebak dan mengguncang dunia, saat itu. Liat gambar 3 figur yang menuruni tangga itu: seorang pelajar muda, seorang pengkotbah, dan seorang professor/scientist, yang mungkin menggambarkan kemungkinan resiko kelompok tersebut menuruni tangga menuju atheism.
Tapi kalau boleh saya tanya, kamu ada di tangga yang mana dalam gambar itu? Jawabannya, boleh dibagikan di sini atau disimpan dalam hati juga gak papa, karena sekarang ada Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem) yang ternyata berkewenangan bisa melabeli kamu sesat, yang barusan saja kemarin menyatakan bahwa aliran Ahmadiyah itu sesat sesesat-sesatnya, dan harus bubar. Kasihan ya, para jemaat Ahmadiyah. Karena bisa saja keputusan seperti ini nanti disalahgunakan mereka yang radikal untuk mempersekusi mereka, memburu mereka, menghancukan tempat ibadah dan tempat tinggal mereka. Mungkin Ahmadiyah itu dikhawatirkan sebagian orang akan merusak nama Islam, ya. Namun, bukankah Islam terlalu besar dan agung untuk dirusak oleh apapun juga di dunia ini?
Mudah-mudahan Bakorpakem (nama badan yang lucu ya, tapi pas) tidak melakukan hal yang sama kepada Saksi Yehova, atau aliran-aliran laindalam Kristen yang sering orang kristen cap sebagai yang sesat. Mudah-mudahan KWI dan PGI tidak ikut-ikutan , dan tidak merekomendasikan hal yang sama terhadap alian-aliran lain dalam kristen. Kalau kita percaya dengan kekristenan kita, kenapa pula kita khawatir Saksi Yehova akan merusak dan menguncang kekristenan kita? Kebetulan (Alm.) Pakde Narto adalah anggota Jemaat Saksi Yehova, dan saya merasa, seru juga punya saudara yang jadi anggota Saksi Yehova yang dihormati saudara-saudara seiman mereka. Merasa seru karena indah punya keragaman iman dalam sebuah keluarga besar.
Kemudian, apa tidak ada hak asasi untuk sesat ataupun untuk tidak sesat, ya? Bukankah menjawab panggilan untuk sesat dan tidak sesat, adalah hak dan pilihan hidup. Menurut saya sih, biarlah kita menanggapi panggilan kita masing-masing dengan percaya bahwa Dia yang mengaturnya dengan baik, dalam skenario dia yang baik adanya pula. Lalu kenapa kita harus resah dengan panggilan kita dan panggilan orang lain untuk berada di jalanNya ataupun di luar jalanNya, berdasarkan masing-masing perspektif dan sumsi yang beragam terhadap "jalanNya" tersebut.
Labels: isme
===>>> Digores oleh: dwiAgus di | @ 3:47 PM | |