Republik Togog :
Posted on Monday, August 02, 2004
Kurang Menohok tapi Tetap ElokTanggal 28 Juli s/d 6 Agustus kemaren, Teater Koma mempersembahkan produksi-nya yang ke 103:
Republik Togog.Aku dan Kla mengambil tanggal 1 Agustus untuk menontonnya, dan dapet tempat duduk di row ke-2 dari depan. Puas juga nontonnya yah.
Buat aku ini yang ke-tiga kalinya aku nonton teater koma. Yang pertama, udah lama sekali, ketika ama temen2 jakarta-ku, Anton, Pawana, Ucok dll menonton "San Pek Eng Tay", pertunjukan yang membuat aku jatuh cinta ama Teater Koma. Yang kedua, tahun lalu, nonton "Opera Kecoa" sama Kla. Oleh karena itu lah, tak sepantasnya aku lewatkan kesempatan nonton "Republik TOgog" ini.
"Republik Togog" ini punya ringkascerita seperti inih: Ada seorang Raja namanya Samiaji, yang tiba-tiba kehilangan rasionalitas dan nuraninya, terkena pengaruh Tejamantri asistennya dibantu Kalika, asisten pribadi Durga Ratu Sakti dari Setra Gandamayit.
Togog alias Tejamantri ini sangat lihai. Dengan kedoknya sebagai resi yang bijak, ia berhasil menguasai kerajaan Amartapura perlahan namun pasti. Ia akan dijadikan putra mahkota, dan pusaka para pandawapun dipercerayakan ke tangan si Togog ini.
Sedangkan Ratu Durga yang juga berniat sama, mengacau ketentraman Amartapura, juga punya plan lain. Dibantu Kalika, dia berhasil membuat Raja Samiaji percaya pula usulan Tejamantri agar menumbalkan Sadewa, si kembar bungsu Pandawa demi kemakmuran Amartapura di masa mendatang. Rencana keji ini diharapkan Ratu Durga supaya darah Sadewa bisa membuat dia menjadi cantik kembali dan selanjutnya dia bisa merayu Arjuna. Aih, aih......
Drupadi, isteri Samiaji yang setia nan bijaksana, walaupun akhirnya ia bisa menjebak Tejamantri dan berhasil membukakan mata sang Raja sehingga sang Raja bisa tau betapa busuknya si Tejamantri, tapi semua sudah telat. Pusaka kerajan sudah di tangan Tejamantri, dan Sadewa pun sudah di Setra Gandamayit siap menghunus belatinya.
Ditengah kacaubalaunya keadaan di Amartapura itu, para Panakawan (Semar, Gareng, Petruk dan Bagong) sedang ada di puncak gunung, menyepi. Dan Kresna, penasehat agung Amartapura, kemana dia???? Trus gemanah dong,.....
waduh maap, gak etis kalow ngasih tau endingnya. Kalian cari tau sendiri yah. Atau hubungi aku ajah,... huehehehehe
Tapi intinya, memang being munafik ituh bisa menguntungkan sekali yah. Dengan menjilat-jilat, berpura-pura, dan sedikit menginjak2 rasa malu, kita bisa menggapai keinginan kita, sampai suatu saat kita terganjal oleh suatu invisible hand dan sesuatu yang namanya kesialan dan kebodohan diri sendiri. Dan banyak orang2 yang gak kreatif memakai kemunafikan inih utk memuaskan kebutuhannya sendiri. Apalagi di indonesia inih.
Lepas dari pesan yang sebenarnya sedikit basi yang coba disampaikan Teater Koma dalam Republik Togog inih, aku sih tetap mendapatkan kesegaran dan hiburan dari nonton teater koma inih. Teater koma sepertinya punya resep tersendiri dalam menteaterkan sebuah cerita dengan begitu menarik, refreshing, fun dan sedikit menggelitik.
So, can't wait for another play from Teater Koma.
Labels: review, teater
===>>> Digores oleh: dwiAgus di | @ 9:37 AM
| |
<<< === === >>>