:::::: Ujung Jariku ::::::


HOME

UjungJariku

PROFIL PENGGORES

B. Dwiagus S.
Peziarah penasaran.
Pengembara di jalan kehidupan.
Plegmatis bermimpi jadi pemimpin.
Pragmatis pengejar solusi dingin.
Perenung aneh yang pendiam dan sederhana.
Pengumbar cinta untuk: Klaudia dan Lentera.

Mama Lentera Lentera

TEMA & TOPIK


TULISAN TERBARU

Tilik Tetangga



jejaring

KomunitasReferensi BloggerFamily
IKANED IAP
ASEAN Secretariat GTZ
MediaCare
Bike-to-Work Indo-MONEV

KOLOM KAMPANYE

Ultah-Bike-to-Work



FEED FOR FUN

UjungJariKu

↑ Grab this Headline Animator



TUMPANG TENAR

Profil Facebook de Benedictus Dwiagus Stepantoro



ATRIBUT APRESIASI

Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com

Blogger

Get Firefox!

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 2.5 License.
Desain dasar dari: Blogskins
Image: PGP!
Brushes: Rebel-heart
Designer: Ebullient*




By the way, it's Bus Way. It's not a perfect way, but the only possible way.

Posted on Friday, September 22, 2006


Suatu hari Sabtu, kami berencana pergi ke daerah Rempoa. Dari arah Tebet, rumah kami, tentunya wajar kalau pilihan rute kami adalah melewati mampang prapatan dan lanjut ke Warung Buncit untuk menuju Jalan TB Simatupang. Tak disangka, kami harus melewati daerah Mampang dengan susah payah. Kalau hari kerja sih wajar. Tapi kok hari Sabtu, juga ikut2an macet ya. Ternyata proyek busway ini juga membuat kemacetan di hari Sabtu juga ya.

Ya, busway. Menggemaskan ya. Membuat kemacetan di segala pelosok jakarta. Tidak hanya kemacetan di jalan yang dilewati jalur busway, tapi juga di jalan2 lain yang menjadi rute alternatif para pengendara yang menghindari jalur busway.

Kalau melihat keseluruhan, parah ya. Bongkahan aspal dan cor-coran semen yang tak tertata. Ngeselin.

Sebenarnya apa sih maunya dengan proyek busway ini.

Saya jadi mengingat sekitar 12 tahun yang lalu ketika tahun pertama kuliah saya harus mngambil 2 SKS mata kuliah Pengantar Transportasi oleh pak Prof.Koesbiantoro. Betapa beliau berkali-kali menekankan pentingnya Angkutan Umum dalam sistem transportasi perkotaan. Beliau bilang, yang intinya, kalaow serius ingin mengembangkan sistem transportasi koa yang andal, jangan cuma mengurusi sistem jaringan prasarananya saja, tapi juga memperhatikan sistem sarana dan prasarana angkuan umumnya. Jangan cuman menyediakan bis-bis berbagai macam rupa dan beragam trayeknya, api juga tunjang dengan jaringan jalan dan rel untuk angkutan umum yang diprioritaskan. Kalau ingin memprioritaskan angkutan umum mestinya ditaruh di jalur utama, bukan di jalur lambat. Dan kami pun sedikit bingung waktu itu, gemanah naiknya? Dan beliaupun melanjutkan, (seolah ia membaca pikiran kami) biar penumpag bisa naik, ya disediakan tangga dan jembatan lah, atau jalur kusus buat penumpang. Dan kendaraan pribadi mestinya mengalah.
Itu sekitar 12 tahun yang lalu.

Iya, mungkin memang selama ini kendaraan pribadi dimanjakan, dan tinggal tunggu saja hasilnya akan seperti apa nanti. Dan memang sudah terlihat tanda-tandanya bukan. semakin banyak kendaraan pribadi membanjiri jalan-jalan Jakarta. Sedangkan kendaraan pribadi harus pasrah di jalur lambat, disisihkan. Padahal mereka harus mengejar setoran, tanpa mereka difasiliasi utuk mendapakan perbaikan kendaraanya.
Alhasil kendaraan umum banyak yang sudah bobrok, jauh dari rasa nyaman dan aman.
Dan orangpun menjadikan kendaraan umum sebagai pilihan terakhir untuk melakukan perjalanan. hanya orang2 yagn terpaksa saa yag naik kendaraan umum. Dan wajar kalau orag yang mengendarakan kendaraan umum dicap sebagai rakyat kelas tiga.

Kadang kita membayangkan Jakarta ini akan seperti Singapore, atau seperi kota-kota di Eropa, Amerika atau di Jepang. Tapi kita gak tau apa yang mesti dikurbankan supaya kita bisa seperti kota-kota itu. Dan kadang kita tau mestinya kita sudah mulai menyadari bahwa angkutan umum lah yang harus menjadi priorias utama. Gak mungkin semua orang dibiarkan dimanja oleh kenyamanan dan gak pernah dipaksa untuk naik kendaraan umum. Dan transportasi yag andal, cepat, terjangkau, dan masal adalah jawabannya.

Saya pikir sih, ketika busway ini mulai digagas, semuanya sudah terlambat. Kendaraan pribadi sudah membludak. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali dan kita pun merenungi nasib jalan2 kita yang sudah terbebani oleh banyak kedaraan pribadi.

Sudah saatnya kita disadarkan untuk melihat bahwa angkutan umumlah yang penting. Dan busway adalah satu langkah awal yang mungkin jauh dari sempurna, tapi efeknya sudah cukup untuk menegur kita bahwa kita sudah terlalu manja, dan anggap enteng yang namanya sistem angkuan umum yang harus diprioritaskan.

Saya sendiri masih bawa kendaraan pribadi. Dan tentu saja menikmati kemacetan di sana-sini. Tapi saya gak sanggup mengeluh. Karena memang mungkin sekarang waktunya angkutan umum unjuk gigi, dan kendaraan pribadi mulai menepi.

Labels: ,

===>>> Digores oleh: dwiAgus di UjungJariku | @ 11:30 AM | |

<<< === === >>>