Kisah Kasih Ortu dan Anak: Inspirasi atau Menggurui?
Posted on Thursday, August 17, 2006
Review BukuJudul :
Teen World : Ortu Kenapa Sih ?Penulis :
BlogfamEditor:
Benny RamdhaniDiterbitkan oleh :
Penerbit CintaMendengar kisah-kisah orang lain dengan membaca buku memang mengasyikkan, karena pastinya penuh inspirasi. Contoh buku kumpulan kisah-kisah seperti itu yang banyak orang tahu dan sudah baca adalah
Chicken Soup for the Soul yang sudah disusul dengan banyak variasinya seperti
Chicken Soup for the Soul at Work,
Chicken Soup for the Teen’s Soul, dan lain-lainnya. Buku-buku seperti itu, tepat seperti judulnya, seperti sup ayam yang menyehatkan, karena bisa menghangatkan jiwa ketika badan atau jiwa sedang lesu-lesunya.
Ya, menghangatkan dan sering kemudian menyembuhkan. Seperti halnya pula buku “Ortu Kenapa, Sih?“ (OKS) yang disusun oleh penulis dari Blogfam, komunitas webblogger Indonesia. Buku ini mengkompilasi beberapa pengalaman hidup beberapa anggota Blogfam ketika menghadapi konflik dengan ortu mereka.
Blogfam sendiri sudah menjadi forum virtual bagi para webblogger untuk berbagi cerita, berbagai pengalaman, dan bahkan berbagi perasaan. Jadi proyek pembuatan buku OKS ini sejatinya memperluas media virtual para blogger itu ke media yang lain dalam bentuk sebuah buku. Dan dengan buku ini pula, beberapa anggota Blogfam, mewakili banyak remaja lainnya, menyumbangkan kisahnya masing-masing, untuk menjadi inspirasi tak hanya bagi para remaja yang kadang sering bingung menghadapi orang tuanya, tapi juga bagi orang tua (atau calon orang tua) yang tak kalah bingungnya memahami remaja.
Buku ini membawa kita pada kenangan ketika mengalami masa sulit, tak mengenakkan atau bahkan penuh kepahitan, dengan orang tua kita. Tapi ketika sudah melalui masa-masa itu, kita pun akan mengenangnya dengan senyum, tawa, haru dan kadang air mata yang melegakan. Dalam buku ini, beberapa kisah perseteruan mulai dari persoalan kecil seperti pilihan ransel ibu yang jelek dan hobi yang tak direstui bapak, sampai persoalan cukup berat seperti kondisi keluarga yang memperkeruh komunikasi antara anak dan orang tua, cukup menggambarkan bahwa kita semua pernah tiba pada situasi ketika kita tidak bisa mengerti orang tua kita yang bahkan sampai membuat kita membenci mereka.
Tak banyak cara yang lebih mengena untuk memahami orang tua atau anak kecuali dengan mendengarkan pengalaman orang lain dan merefleksikannya dengan keadaan kita sekarang atau dengan kenangan kita masa lalu, yang lebih jauh lagi menjadi pembelajaran untuk masa depan kita. Dan seringnya remaja dan orang tua tak suka digurui. Walaupun ditekankan bahwa buku ini hanya sebagai inspirasi tanpa menggurui, tapi kesan menggurui dari buku ini samar-samar terlihat dari tips-tips yang menempel di setiap akhir dari cerita. Mungkin memang baik tujuan dari tips-tips itu, untuk memudahkan pembaca menangkap pesan dari kisah itu, namun dikhawatirkan itu malah membatasi pembaca berkreasi menciptakan tips-tipsnya sendiri yang sesuai dengan kebutuhan mereka tentunya. Daripada berderet-deret tips, sebuah kalimat sederhana berupa kutipan ataupun kesimpulan, rasanya sudah cukup menjadi penutup akhir setiap kisah sekaligus penerang (bukan pengarah) bagi pembaca untuk menangkap pesan dari setiap kisah. Pada akhirnya, buku OKS ini akan lebih cocok dibaca oleh para remaja dan orang tua sebagai buku kumpulan kisah-kisah yang penuh inspirasi dibandingkan sebagai buku tips and tricks. Buku ini terlihat memaksakan diri memberikan tips and trick, yang kalau dihilangkan pun tak akan menghilangkan makna dan pesan dari kisah yang dibagikan.
Membaca keseluruhan buku OKS ini, semua kisah memberi inspirasi. Namun ada dua cerita dalam buku ini yang sedikit mengganggu, karena meninggalkan tanda tanya atau lebih tepatnya rasa penasaran dengan konfliknya yang masih bergantung, tanpa sebuah bentuk penyelesaian. Cerita si Nunik dan si Fahmi yang sedikit membuat hati sedih dan bertanya kenapa harus berakhir seperti itu. Apakah akhir cerita seorang Fahmi yang bercita-cita jadi pemusik dan Nunik yang mencintai teater harus disertai dengan kekecewaan selama-lamanya kepada orangtuanya yang melarang dan tak menghargai dirinya, yang menyebabkan impiannya terkubur. Bagaimana proses mereka untuk rekonsiliasi dengan ortunya dan mengatasi kekecewaan mereka, serta bagaimana mereka menyikapinya dan tetap memegang harapan dan cita-citanya untuk jangan sampai mati dan terkubur. Mungkin untuk menjaga konsistensi dengan kisah-kisah lainnya, sebuah ending manis patut dihadirkan untuk kedua cerita tersebut.
Walau bagaimanapun, apresiasi yang sebesar-besarnya untuk komunitas Blogfam memang pantas diberikan. karya perdana ini membuka pintu-pintu baru bagi munculnya karya-karya lainnya. Bukan tak mungkin, akan menyusul volume 2, 3, 4 dan seterusnya dari buku OKS ini. Dan bukan mustahil kalau buku-buku dari Blogfam seperti ini akan bermunculan dengan berbagai tema remaja lainnya, seperti remaja dan sahabat, remaja dan sekolah dan tema-tema lainnya.
Labels: blogfam, buku, review
===>>> Digores oleh: dwiAgus di | @ 12:00 PM
| |
<<< === === >>>