:::::: Ujung Jariku ::::::


HOME

UjungJariku

PROFIL PENGGORES

B. Dwiagus S.
Peziarah penasaran.
Pengembara di jalan kehidupan.
Plegmatis bermimpi jadi pemimpin.
Pragmatis pengejar solusi dingin.
Perenung aneh yang pendiam dan sederhana.
Pengumbar cinta untuk: Klaudia dan Lentera.

Mama Lentera Lentera

TEMA & TOPIK


TULISAN TERBARU

Tilik Tetangga



jejaring

KomunitasReferensi BloggerFamily
IKANED IAP
ASEAN Secretariat GTZ
MediaCare
Bike-to-Work Indo-MONEV

KOLOM KAMPANYE

Ultah-Bike-to-Work



FEED FOR FUN

UjungJariKu

↑ Grab this Headline Animator



TUMPANG TENAR

Profil Facebook de Benedictus Dwiagus Stepantoro



ATRIBUT APRESIASI

Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com

Blogger

Get Firefox!

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 2.5 License.
Desain dasar dari: Blogskins
Image: PGP!
Brushes: Rebel-heart
Designer: Ebullient*




Dari Panti Lansia ke Tembok China

Posted on Thursday, January 25, 2007

Ingin tahu bagaimana rasanya menghabiskan sisa waktu sebagai lansia di China. Mari saya bawa ke sebuah panti untuk lansia di sebuah distrik di metropolitan Beijing.

Panti yang ada di distrik Xicheng, Beijing ini dikelola oleh sebuah dinas bagian Civil Affairs di bawah Pemda Xicheng. Panti yang dibangun di atas lahan seluas 1,28 hektar berikut taman seluas 3.000 meter persegi ini menyediakan beberapa fasilitas untuk para lansia, meliputi: penyediaan makanan bergizi, pengobatan medis, pijat, fisioterapi, rehabilitasi, hiburan, laundry, ruang latihan dan olahraga, perpustakaan, ruang rekreasi dan akivitas lainnya (seperti: melukis,menari, balet, menyanyi, teater, komputer, dan lain-lain.)

Menariknya, panti ini menyediakan 138 tempat tidur dan berbagai ruangan yang bisa digunakan oleh masyaraka setempat untuk melakukan berbagai aktivitas bersama. Jadi akan terjadi interaksi antara masyarakat stempat dengan para lansia. Sehingga para lansia tidak merasa kesepian dan tersisihkan dari masyarakat itu sendiri.

Kunjungan saya ke tempat itu adalah bagian dari mengikuti ASEAN+3 Forum on Aging, awal Desember tahun lalu, yang lagi hangat-hangatnya membahas konsep penyediaan layanan bagi para lansia yang baerbasiskan rumah dan komunitas (home and community-based care for older people). Katanya sih Indonesia pernah punya program namanya PUSAKA. Sayang saya tidak begitu banyak tahu soal program itu. Tapi pada intinya, Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya lagi sedang menggalakkan konsep home and community-based care for oder people ini , di saat profil kependudukan di negara-negara ASEAN sekarang ini mulai menunjukkan adanya kecenderungan bertambahnya jumlah para lansia.



Para lansia ini cenderung pula mulai ditinggalkan dan tersisihkan, karena perubahan nilai sosial di masyarakat (terutama perkotaan), migrasi rural ke urban yang tinggi, perubahan nilai keluarga, dan menurunnya modal sosial masyarakat. Akibatnya mulai banyak lansia yang terbengkalai tak mendapatkan perawatan. Dan banyak memaksa orang memilih untuk menaruhnya di panti lansia. Tapi jumlah panti tidak mencukup dan banyak yang mutu pelayanannya tak memadai. bagamana dengan mereka yang tak mampu. Akhirnya tersisih di rumah sendiri tanpa siapa-siapa menemani. Panti-panti yang sifatnya institutional ini memang bagus. Tapi tak selamanya murah dan dapat dijangkau mereka yang tak mampu . Makanya home-based care lah yag cocok, di mana, sukarelawan dari masyarakat sekiar didorong untuk memberikan kunjungan dan pelyanan seadanya untuk para lansia yang terlupakan ini. Kalau community-based care seperti yang ada di Beijing ini bersifat semi-institusional, walaupun dikelola oleh pemda, namun masyarakat masih turut peran serta. Sebuah alternatif menarik dari panti-panti lansia yang saya kenal selama ini.

Mengunjungi panti lansia ternyata memang menyenangkan. Apalagi kalau mendapat kenang-kenangan sebuah lukisan cantik di atas kertas yang dilukis oleh salah satu dari lansia itu.


------------
Mari berlanjut ke Tembok China....

Kali ini Tembok China saya kunjungi di musim dingin. Mungkin ada untung dan ruginya mengunjungi Tembok China di saat musim dingin dengan suhu dibawah 10 derajat. Untungnya, tidak harus merasa sesak oleh pengunjung yang datang, karena pengunjung di kala musim dingin lebih sedikit daripada ketika musim panas. Ruginya, ya kita harus rela menahan dingin yang menggigit tulang, apalagi pakaian yang dipakai ternyata terasa kurang lengkap. Tapi bermodalkan nekat dan tangan selalu mendekap, lambat laun bisa kita rasakan hangat.

Kali ini saya mengunjungi bagian Tembok China yang dikenal dengan nama Badaling di “North Pass” of Juyongguan pass, yang dilengkapi dengan cable car untuk mencapai ke salah satu menara penjaganya.

Tak ada kata lain deh, selain rasa kagum, dan dingin tentunya. Tembok China ini akan diajukan untuk pemilihan 7 Keajaiban Dunia. Mungkin wajar ya. Yang jelas, saya cuma teringat candi Borobudur yang sedang tenggelam dan luput dari perhatian, di negara yang sedang hingar bingar dengan segala bencana.

Labels: , ,

===>>> Digores oleh: dwiAgus di UjungJariku | @ 12:57 PM | |

<<< === === >>>