:::::: Ujung Jariku ::::::


HOME

UjungJariku

PROFIL PENGGORES

B. Dwiagus S.
Peziarah penasaran.
Pengembara di jalan kehidupan.
Plegmatis bermimpi jadi pemimpin.
Pragmatis pengejar solusi dingin.
Perenung aneh yang pendiam dan sederhana.
Pengumbar cinta untuk: Klaudia dan Lentera.

Mama Lentera Lentera

TEMA & TOPIK


TULISAN TERBARU

Tilik Tetangga



jejaring

KomunitasReferensi BloggerFamily
IKANED IAP
ASEAN Secretariat GTZ
MediaCare
Bike-to-Work Indo-MONEV

KOLOM KAMPANYE

Ultah-Bike-to-Work



FEED FOR FUN

UjungJariKu

↑ Grab this Headline Animator



TUMPANG TENAR

Profil Facebook de Benedictus Dwiagus Stepantoro



ATRIBUT APRESIASI

Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com

Blogger

Get Firefox!

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 2.5 License.
Desain dasar dari: Blogskins
Image: PGP!
Brushes: Rebel-heart
Designer: Ebullient*




prejudice and pre-destine

Posted on Friday, January 28, 2005

beberapa waktu lalu aku nulis soal pre-labelisasi,.....
betapa mudahnya kadang kita melabel orang seperti apa yang tampak, dari penampilan fisik, non-fisik dan perilakunya. Padahal orang itu tidak bisa digambarkan secara sederhana seperti itu.

It's easier to talk about a person than to help a person. It's easier to debate homosexuality than to be a friend to a gay person. It's easier to discuss divorce than to help the divorced. It's easier to argue abortion than to support an orphanage. It's easier to complain about the welfare system than to help the poor. It's easier to label than to love. (Max Lucado) [link]

Seperti dalam film Bride and Prejudice yang aku tonton semalam. Sebuah film India, mungkin plesetan dari buku Pride and Prejudice yang terkenal itu (aku belom baca juga sih buku inih, hehehe). Film yang bercerita tentang dua orang dari latar belakang yang berbeda yang saling jatuh cinta tapi saling berbenturan dengan segala prasangka di kepala, dan akhirnya dengan sedikit keberuntungan dan kerja keras akhirnya bersatulah cinta mereka.

Ya, kita mengangguk stuju soal ini. Tak baik berprasangka. Dan tak baik punya sebuah kesimplan yang sangat terlalu dini terhadap orang yang kita tak kenal luar dalam.

Tapi beberapa pertanyaan muncul di kepalaku. Bagaimana pabila kita memang sudah kenal luar dalam seseorang. Tahu dengan pasti orang itu, cara berpikirnya, cara hidupnya sehari-hari, karena kita sudah beberapa lama bersama dia sehingga kita sudah cukup bisa bilang, "aku kenal dia kok." Bagaimana kalau kasusnya itu teman kita yang satu kontrakan rumah ama kita dan berinteraksi dekat dan intense dengan dia, melihat dia menghabiskan waktu secara sia-sia, melihat cara dia memandang hidup ini, melihat cara dia bangun dari tidur, dan cara dia berhadapan dengan orang lain, yang secara normal kita akan beri dia melabel dia. Alangkah baik bila kita melihatnya sebagai orang yang baik dengan atribut2 standardnya yang kita kenal. Tapi sebaliknya, kadang kita sering tak sabar untuk melabel orang yang kita kenal itu,-- entah itu teman dekat kita, teman kost kita, adik kandung kita, kakak kita, orang tua kita, kolega kita, bahkan partner hidup kita-- dengan label "looser", "useless", "far worse than me", "ke laut aja", "people with no future". Mungkin kita merasa bisa dan/atau berhak untuk itu, dengan melihat kondisi sekarang setelah kita mempelajari kesehariaanya, aspek dalamnya, dan sejarah masa lampaunya. Tapi tunggu dulu,.... itu kondisi sekarang, the present status, yang kita tarik kesimpulannya berdasarkan projeksi, kecenderungan trendnya, dan dengan asiknya mengekstrapolasikannya di titik T1, T2, T3 di masa depan. Kadang kita meng-ignore distorsi apa yang akan terjadi terhadap seseorang di rentang waku sekrang ke depan. Kita lupa, things change, so does people.


Begitulah yang terjadi dengan aku dan temanku. Seorang temanku yang di mataku sepertinya seorang yang gemanah gitu looh (hmmmm, maap, pake istilah ABG). Temanku yang bisa dibilang "looser" pada saat itu. Tidak jelas kerjaannya, dan kelihatannya seperti tidak ada gairah dan masa depan. Sampai suatu hari setelah lama tak bertemu, aku mendengar cerita tentang dia dari temanku yang lain, kalow dia sudah mulai punya pintu yang terbuka di depannya dan dia tinggal melangkah menuju sebuah kesuksesan yang terbayang pasti. Hmmm... kurang detail ya? Maksudnya dia ternyata berhasil menggali bakatnya dan menjual hasilnya itu ke orang lain dan akan banyak orang yang bakal menikmatinya.

Beberapa waktu lalu juga. Beberapa minggu lalu, aku ketemu seorang teman lama, teman dari SMA, yang terkenal badungnya luar biasa, veteran (pernah gak naek kelas, waktu dia kelas dua), and suddenly after few years, i met him in the church, melayani sebagai song leader. Penampilannya yang dulu agak gaya, belagu, sepa tak ada lagi di benakku. Yang ada cuman sorang teman yang bersahaja melayani di gereja.

Yah, begitulah, kadang kita begitu sok tau dengan melihat kondisi sekarang kita bisa melihat masa depan seorang bisa jadi apa. Padahal tidak sesederhana itu. Sekali lagi. Things change, so does people. Jadi, kalau melihat teman, adik kita, kakak kita, saudara kita, dan orang-orang deket di sekitar kita yang kelihatannya dalam kondisi sekarang yang membuat kita gatal untuk melabel mereka "orang payah" ("loak" kalau bahasa medannya, "looser" kalau bahasa jawanya), sabar dulu. Tunggu dulu, karena kita tidak akan tahu, dalam kurun waktu tahun, bulan, minggu ke depan, sesuatu bisa berubah. Walaupun kita sudah berusaha memberikan masukan, teguran dan bantuan yang menurut kita baik buat mereka dan seakan tidak ada hasilnya, maka mungkin tangan kita terlalu pendek untuk menjangkau atau mempengaruhi perubahan itu. Sebaliknya, mungkin orang lain yang punya tangan yang lebih panjang sedikit dan bertangan dingin, berperan dalam perubahan itu. Pun sebenarnya DIA yang bekerja membawa perubahan yang baik kepada orang yang dikasihinya dan yang sudah ditentukannya.

So, if something is out of our reach, just be patient. Nothing is ever impossible, with HIM who's living in us. A miracle is just a prayer away. We shouldn't give up easily to ones we loved, coz HE never give up on us also. And someday, through time, we would find the persons that we used to put down or undervalue, become great person which we have never been expecting before.

Labels:

===>>> Digores oleh: dwiAgus di UjungJariku | @ 7:08 PM | |

<<< === === >>>