
   
   


Posted on Wednesday, May 02, 2007
 
Menyambut hari buruh sedunia, kemarin demo simpatik para pekerja (enaknya disebut pekerja ya, daripada disebut buruh) berlangsung dengan damai. Untunglah. Tapi memang perjuangan untuk mereka (juga saya sebagai pekerja juga) harus terus konsisten, kalau tidak akan tenggelam di hiruk pikuk wacana basi lainnya.
Tadi pagi saya mewakili kantor, diundang oleh Solidaritas Perempuan  dalam acara peluncuran sebuah toolkit untuk kampanye dan advokasi publik tentang hak-hak asasi para pekerja migran, yang dibuat oleh CARAM Asia, sebuah NGO yang punya perhatian pada masalah mobilitas pekerja dan AIDS.  CARAM Asia ini membuat tool kit ini untuk para membernya di kawasan asia, termasuk Indonesia.   Solidaritas Perempuan sebagai salah satu partner CARAM Asia, sepertinya menjadi inisiator di Indonesia untuk memanfaatkan tool kit ini.
Hati menjadi miris di saat mendengarkan kesaksian Rohidah yang semula bermaksud hati bekerja di sebuah negeri tujuan resmi di timur tengah sana, malah menjadi seperti komoditas yang bisa diperlakukan seperti barang dagangan saja, dioper negara sini, negara sana, lantas ditampung di tempat penampungan di negara asing tanpa kejelasan dan penyediaan kebutuhan layak. Dan kemudian terdampar di Syria untuk gaji 100 dollar per bulan kerja rodi. Apa yang di dapat? Dua tahun dan dua bulan sia-sia, nyaris diperkosa tiga kali, berbulan bulan di tempat penampungan dengan makan mie satu bungkus per hari, pulang kembali tanpa gaji.  Sia-sia.Labels: work
    	===>>> Digores oleh: dwiAgus di 
 | @ 2:10 PM
    	 
        
|  |