gemas dan pening yang terobati
Posted on Thursday, May 03, 2007
Gemas bercampur pening rasanya ketika menjelang perayaan hari pendidikan nasional, saya membaca hingar bingar berita kecurangan yang dilakukan beberapa sekolah di Medan ketika Ujian Nasional, karena ingin sekedar mengejar target kelulusan anak didiknya, tapi mengabaikan etika sama sekali. Kelompok Air Mata Guru yang melaporkan keurangan itu juga mengalami teror dan tekanan setelah mengadu ke Depdiknas. Perih ya, melihat mereka yang sekedar mencoba menjadi guru yang jujur dan berbakti dengan masih punya nurani, tapi mereka diteror dan diancam oleh pihak sekolah yang hanya memikirkan kepentingan sesaat saja.
Tapi gemas dan pening itu sedikit terobati ketika kemaren malam, melihat sebuah acara talkshow yang mengusung tema pendidikan. Obrolan ringan soal pentingnya pendidikan dan masalah-masalah yang masih dihadapi masyarakat dalam mendapatkan pendidika, mengalir dengan lancar. Sampai ketika salah satu bintang tamu acara itu, Rieke Dyah Pitaloka, mengajak seorang guru yang katanya tetangga dia yang berminat datang ke acara talkshow itu. Ternyata guru itu adalah bekas guru sang pembawa acara. Sang guru ini, Pak Riyanto, namanya, ternyata telah diam-diam membiayai sekolah sang pembawa acara ketika sang pembawa acara ini tidak mampu meneruskan lagi sekolahnya karena masalah biaya. Tapi Pak Riyanto tetap memaksa dia untuk tetap sekolah dan ikut ujian sampai akhirnya dia lulus. Mengharukan ya, ada guru yang begitu peduli pada anak didiknya yang tidak mampu dan tetap membantu dia tetap sekolah, sampai lulus. Dan ternyata anak yang diasuhnya itu sudah menjadi besar dan menjadi orang sukes yang fenomenal.
Anak asuh itu yang dulu sangat miskin, sampai harus menunggak uang sekolah 8 bulan, pernah bolos 3 bulan, dan kadang mencuri makan siang teman-temannya karena kelaparan, dan kadang harus bantu orang tua berjualan, akhirnya bertemu lagi sambil berbagi nostalgia dan tawa dengan sang guru yang berjasa ini di acara talkshow yang bernama
empat mata yang diasuh oleh si anak asuh itu. Yap, anak itu adalah
Tukul Reynaldi Arwana , sang fenomenon (huehehehehhe...). Siapa bilang acara empat mata gak bisa elegan, mendidik, dan bermutu? Makanya don't judge the book from its cover. huehehehhe.
Beruntunglah mereka yang bisa dengan mudah mendapatkan pendidikan. Tapi juga jangan berputus asa bagi mereka yang harus bersusah payah mendapatkan pendidikan di negeri ini. Sementara kita menunggu mereka di atas sana memperbaiki sistem pendidikan kita, menambah anggaran pendidikan, memperbaiki kesejahteraan para guru dan membebaskan biaya sekolah bagi anak-anak negeri ini.
Saya sendiri ada beberapa guru yang saya ingat membantu saya dan keluarga saya dalam proses mendapatkan keringanan biaya sekolah waktu SD, SMP, dan SMA.
Diberkatilah mereka, guru-guru yang masih peduli dan berani membela nurani mereka.
Amin.
Labels: anak, guru, kebangsaan, sekolah
===>>> Digores oleh: dwiAgus di | @ 5:33 PM
| |
<<< === === >>>