Mutiara
Posted on Wednesday, October 19, 2005
Kemaren ikut visit ke RS Sulianti Saroso, di daerah Sunter ,Jakarta Utara. Rumah sakit ini jadi RS rujukan terpenting untuk segala penderita penyakit menular yang berbahaya, seperti SARS, Flu Burung, Demam Bedarah, HIV/AIDS dan lain-lain.
Acara kunjungan ini sebenarnya bagian dari agenda pertemuan urgent membahas flu burung di kawasan ASEAN. Mereka yang datang kebanyakan dari depkes negara masing-masing. Mereka pengen liat penanganan yang dilakukan di Indonesia itu seperti apa sih, dan mereka share juga pengalaman mereka dalam menangani pandemic ini, seperti Vietnam yang berpengalaman menangani pasien yang lumayan banyak, Thailand yang pengalaman melakukan komunikasi publik yang baik tentang apa itu flu burung dan bagaimana mengurangi resikonya. VietNam yang punya banyak case penderita yang selamat maupun yang meninggal, jelas cukup berpengalaman dan negara lain bisa belajar dari kesuksesan dan kegagalan mereka.
Sebagai rumah sakit untuk penanganan penyakit menular, memang cukup lumayan bagus. Dengan fasilitas ruang isolasi yang cukup banyak, namun fasilitas labnya agak kurang. Di rumah sakit ini, kita berkesempatan mengunjungi ruang isolasi yang terdiri dari tiga lantai dengan 35 kamar-kamar terpisah dan fasilitastempat tidur dan TV. Kamar yang agak sempit memang, tapi cukup nyaman. Mungkin kamar isolasi yang lumayan banyak ini sangat berguna sekali ketika penderita flu burung itu berdatangan banyak sekali awal-awalnya. Sekarang, masih ada 4 orang yang dirawat (as of 19 Oktober 2005). Kalau mau ikuti info perkembangan penyakit menular di Indonesia,
klik di sini. Kalau untuk kawasan ASEAN,
klik yang ini.
Pada saat itu, kita semua merasa tidak perlu melihat pasien-pasiennya yang sedang dirawat di sana. Kasihan kalau mereka terganggu. Apalagi cukup merepotkan kalau semua peserta mau liat pasien, mau gak mau kita harus pake
personal protection equipement untuk masuk ke ruang isolasi yang ada pasiennya itu. Jadi, kita ke lantai dua yang tidak ada pasiennya dan melihat-lihat fasilitas ruang isolasi dan peralatan kesehatan lainnya. Di lantai dua itu juga ada ruang khusus perawtan yang ternyata ada satu orang pasien yang sedang dirawat di sana. Seorang survivor kecil. Seorang balita yang sudah 3 kali dipulangkan ke rumah karena disangka sudah membaik, tapi kembali lagi ke ICU untuk ke-3 kalinya. Mutiara namanya.
Be strong ya, my dear Mutiara.
Somehow, I feel that you're going to be just fine!
Labels: anak, ASEAN, kesehatan
===>>> Digores oleh: dwiAgus di | @ 4:41 PM
| |
<<< === === >>>
bumi-ku
Posted on Monday, October 10, 2005
sang bumi sepertinya kepanasan
gelisah, ia hembuskan badai dan topan
seperti orang kondangan yang buka kipas
dan mengibas-ngibas karena panas
mencoba menyerap hawa penuh uap
dan bawa udara sejuk bercampur angin dan hujan yang menerjang
sang bumi sepertinya pegal-pegal
keraknya seperti kulit jeruk yang keriput
mengering, mengelupas dan mengkerut
dengan otot-otot yang juga tegang ia menggeliat dan terus menggeliat
seperti hendak menggeluarkan daki dan keringat
belum lagi gemeretak tulangnya yang mampu getarkan tanah dan bangunan
mungkin memang sang bumi sudah terlalu lama tidur berdiam
terlalu lama dipépéri polutan dan disinfektan
telalu lama digunduli dengan diam-diam
tak sadar sudah tidur di dalam sauna yang terlalu lama diasapi asap kotor
darahnya sudah hampir habis dihisap kutu-kutu
dagingnya dibiarkan penuh koreng yang anehnya tetap dikorek-korek
kasihan,..... atau mungkin tidak kasihan?
karena ia sekarang mau buktikan
jangan main-main
jangan sembarangan
tak ada yang suka kalau ia mendadak murka
silahkan,lah bumi-ku,
kalau memang itu maumu
kalau memang itu membuatmu jadi harum, sehat dan baru
namun jangan terlalu lama mengeliat
jangan terlalu lama mengibas
biar aku saja yang hilangkan hawa panas dan kotor itu
dan biar kupijat-pijat kau dengan lembut sampai tertidur lagi
untuk, entah kapan, aku takut kau bangun lagi
karena saat kau bangun, mungkin aku tak bisa bangun lagi.
malam ini di kantor, kerasa gempa kecil,... sempat terdiam.Labels: lingkungan, puisi
===>>> Digores oleh: dwiAgus di | @ 5:19 PM
| |
<<< === === >>>
Kaya tapi tidak kaya - Fenomena Kiyosaki
Posted on Tuesday, October 04, 2005
Hmm.... udah lama gak bnge-blog.... ooops, udah 3 bulan gak nge-blogKemarin, aku bermain ke Gramedia yang baru saja dibuka di Plaza Semanggi, dan iseng-iseng menemukan sbuah buku menarik, yang keliatannya mirip dengan buku "Rich Dad, Poor Dad"-nya Robert T. Kiyosaki (selanjutnya ku tulis RDPD). Sebenarnya sih aku gak pernah tertarik dengan buku RDPD karangan Kiyosaki inih. Gak tau setiap ke toko buku dan ngeliat buku Kiyosaki yang terkenal itu dipajang, gak pernah membuat aku pengen beli. Paling Liat-liat dalam baca-baca beberapa paragraph dan kemudia dibalikin lagi. Tapi buku yang aku liat kemaren itu bukan buku RDPD tersebut tapi buku karangan John T.Reed yang aslinya adalah: "John T.Reed's Analysis of Robert T.Kiyosaki's Book-Rich Dad Poor Dad", dan terjemahan indonesianya dibuat judulnya: "Ayah Kaya Tidak Kaya". Lucu juga yah. Langsung ajah aku beli.
Dan tau gak kalian, ketika kalian mengetik keyword "Robert Kiyosaki" di google search engine, ternyata menemukan webpage-nya John T.Reed di urutan teratas, dan isinya adalah versi bahasa inggris buku yang aku beli ini. (nyesel juga ngapain beli, mendingan nge-print dari webURL ituh ajah, hehehe). jadi mungkin kalian gak usah beli buku itu, tapi check ajah langsung ke
website John T.Reed ini. (kecuali kamu ingin memajukan penerbit lokal dengan cara membeli buku ini)
Sebenarnya aku belum pernah mebaca buku RDPD-nya Kiyosaki benar-benar, paling cuman ngintip2 di toko buku. Jadi memang gak fair juga kali yah kalau aku baca buku John T.Reed ini, tapi memang penasaran kali yah dengan isi buku yang mencoba mematahkan teori-teori spekulatif dari buku Kiyosaki yang terkenal itu )begitu yang tertulis di kofernya).
Dan buku ini memang seperti sebuah counter balik dari buku Roberto T. Kiyosaki yang dinilainya mengandung beberapa nasihat yang tidak jelas, membingungkan bahkan cenderung berbahaya. Ada beberapa pengalaman-pengalaman Kiyosaki yang kalau diikuti sebenarnya bisa menjerumuskan orang. Begitu kata John T.Reed yang sudah berpengalaman lebih dari 30 Tahun di bidang properti dan realestate, dan mempunyai banyak properti dan juga menerbitkan banyak buku dan jurnal tentang properti (sementara Kiyosaki ini diragukan punya banyak properti, diragukan punya banyak pengalaman realestate dan lain-lain, yang ada hanya gembar-gembor yang berkesan dia sangat kaya)
Banyak hal-hal yang aneh dari Kiyosaki yang dibahas di buku John T.Reed ini, mulai dari nasihat dan pengalamannya dalam berbisnis yang kalau dilihat lagi sungguh aneh buat John T.Reed (ada tabel perbandingan pengalaman Kiyosaki dan John T.Reed). Lantas yang diserang John T.Reed di dalam buku ini adalah sikap Kiyosaki yang tidak menghargai pendidikan, seolah gak ada gunanya untuk kaya. Padahal studi membuktikan, semakin tingkat pendidikan tinggi, semakin besar kemungkinan dia memperpanjang hidupnya, dan menikmati hidupnya. Lantas, John T.Reed juga mempertanyakan banyaknya uang dan properti yang dimiliki Kiyosaki, mempertanyakan pendidikan dia dan pengalaman dia di dunia militer, mempertanyakan pengalaman dia bekerja dan berbisnis (kiyosaki gak pernah punya pengalaman bisnis yang spesial bahkan beberapa kali bangkrut), dan mempertanyakan sukse dia menjual bukunya yang lebih ditentukan oleh faktor lobby ke AMWAY dan MLM yang menjadikan buku ini menjadi buku wajib buat para anggota MLM itu.
John T.Reed juga memaparkan analysis dan riset dengan beberapa bukti tercatat (aku sendiri heran, nih orang niat banget ngeriset background dan kekayaan si Kiyosaki sampai detail banget). Yang lebih penting lagi, John T.Reed mempertanyakan tokoh Rich Dad ini, kenapa dak dikasih tau namanya, apakah ini fiksi. Menurut John T.Reed sendiri, dengan nalaysisnya dan risetnya di hawai, dia sangat meragukan ada tokoh nyata si Rich Dad ini. Ketika diwawancarai oleh sebuah media, Kiyosaki malah bertanya kenpa gak dibikin mitos saja, anggap saja sebagai Harry Potter. Menurut John T.Reed, ini bahaya kalow menggunakan tokoh fiksi, tapi mencoba memberikan suggesti kalow itu adalah pengalaman diri Kiyosaki. Patutnya buku RDPD ini ditaruh di bagian buku Fiksi bersama buku Harry Potter 6 itu.
Ah, memang buku ini seperti buku-nya Michael Moore yang mengecam Bush, atau mungkin lebih tepatnya seperti buku yang mengcounter buku bestseller Da Vinci Code. Mungkin beberapa orang melihat nuansa kebencian atau kecemburuan, tapi mungkin juga orang melihatnya sebagai kegemasan atau ketergelitikan dan keheranan yang sangat.
Beberapa point yang disampaikan John T.Reed dalam bukunya tersebut memang aku amini seperti:
1. Dalam hidup ini banyak hal-hal lain selain uang, uang dan uang. Uang itu bukan segalanya sebagai tujuan hidup kita. Kalow gak seperti ini, aku gak tau hidup kita ini akan berujung ke mana. ( I do recommend you to read Rick Warren's book, entitled "Purpose-Driven Life")
2. Pendidkan itu penting, juga hal-hal lain yang bisa membuatmu menjadi kaya. Dan mohon di catat lagi, kaya itu bukan dalam hal finansial saja.
3. Terjun jadi pebisnis dan investor memang sangat bagus. Tapi kalau jadi pengusaha/pebisnis dan investor yang tidak punya respek kepada orang lain yang bekerja professional (seperti guru,dokter,perawat), ataupun para karyawan swasta dan Pegawai Negeri (padahal tanpa mereka, bsinis dan investor gak bisa apa-apa), ya sungguh disayangkan sekali.
Kesimpulan dari analysis John T.Reed ini memang menarik dan provokatip. Yang pertama, gak jelas itu tokoh Rich Dad itu, dan terlihat fiktif, sehingga validitas claim penglaman belajar Kiyosaki ini patut diragukan. Nasihat-nasihat yang ada dalam buku RDPD Kiyosaki itu sangat tidak jelas dan tidak spesifik, seperti sebuah ramalan bintang di majalah remaja, atau pidato janji seorang politikus, atau sebuah gambar bercak tinta yang bisa diinterpretasi sesuai dengan kenyamanan kita. Apa yang menjadi pengalaman Kiyosaki itu sangat meragukan dan jelas membingungkan bagi para pakar atau orang yang berpengalaman dalam dunia investasi khususnya properti. Intinya, nasihat-nasihatnya yang tidak jelas juga berbahay dan bisa menjerumskan.
Apa yang membuat buku ini laku keras mungkin karena buat orang yang tidak nyaman dengan keadaan finansialnya sekarang, akan merasa mendapatkan encouragement untuk berani berbuat sesuatu untuk merubah keadaan finansialnya, namun sayangnya buku RDPDnya Kiyosaki itu tidak memberikan gambaran yang jelas dan spesifik untuk bagaimana berbuat sesuatu itu. Seperti apa?. Tak ada yang spesifik dan tak ada yang meyakinkan kalau dibandingkan dengan orang yang berpengalaman. Oleh karena itu. Buku RDPD itu kurang cocok untuk mereka yang sebenarnya sudah nyaman dengan kondisi finansialnya, atau yang sudah sukses, karena nasihat-nasihat didalamnya keliatan gak jelas sama sekali dan basi. Terutama kalimatnya yang terkenal itu: "Don't work for money, but let the Money work for you". Apa artinya itu? Mungkin jadi akan panjang penjelasannya dan keliatannya menyenangkan mendengarnya. Tapi kalau dilihat lagi apa maksudnya yah? Apa harus keluar dari pekerjaan? kalau memang kita bisa membuat uang itu bekerja, terus gemanah kita mendapatkan uang yang bisa disuruh untuk bekerja buat kita, kalau kita gak bekerja?
Tapi semua itu memang debatable.
Sebuah intermezzo. Beberapa hari yang lalu, aku nonton acara talskhow "Bincang Bintang" yang di-host oleh Tika Panggabean, dengan bintang tamu-nya waktu itu adalah Ulfa Dwiyanti dan Novita (atau Nova yah, lupa), dan pada waktu itu dikerjain oleh si Tika. Ceritanya diundanglah di acara itu, seorang pengusaha yang katanya kaya dan terkenal untuk sekedar berbagi tips dan nasihat buat pemirsa terutama buat si Ulfa dan si Novita. Mereka berdua cerita sih, bahwa mereka berminat untuk mencoba kemampuannya untuk mengembangkan bisnis. Si ulfa cerita sudah memulai dan juga novita juga ingin coba-coba juga. Apalagi mereka juga harus memikirkan masa depan mereka ketika karir keartisan mereka bisa meredup kapan saja.
Trus si pengusaha ini, sebut saja namanya Bpk. Fino, mencoba ngasih pandangan, bahwa untuk melakukan bisnis ituh harus benar-benar serius dan harus banyak pengalaman. Pak Fino ini masih muda tapi dia cerita juga bahwa dia sudah mulai terjun bisnis dari kecil dan hasilnya yang dinikmati sekarang sudah lebih dari lumayan.
Ketika giliran diminta sumbang sarannya oleh Tika untuk kedua artis, Ulfa dan Novita itu, barulah si pengusaha ini mengoceh dengan gaya serius dan cukup meyakinkan, dia bilang memang susah untuk kedua artis itu untuk serius bisa mengembangkan bisnis. Cocoknya jadi ibu rumah tangga ajah, dan melupakan keinginan mereka untuk terjun ke dunia bisnis. Terutama untuk Ulfa yang mencoba bercanda, menunjukkan bahwa Ulfa itu memang bakatnya gak di bisnis tapi ngelawak ajah.
Gemanah gak sedikit dongkol yah? Dan memang mereka keliatan nahan diri untuk gak nunjukin diri mereka bahwa mereka kecewa dibilang kayak gitu, seolah suatu kesalahan kalau terjun ke bisnis, dan seolah mereka gak akan pernah mampu untuk bisnis.
Tapi akhirnya si Tika gak sabar untuk ngasih tau kalow mereka berdua sedang dikerjain oleh seorang aktor yang dicasting untuk berperan jadi pengusaha yang belagu dan menjengkelkan. Akhirnya ngamuk lah mereka (antara serius kesel dan mencoba bercanda), abisnya merasa diremehkan.
Anyway, memang begitulah kali ya, bahwa kita memang butuh sesuatu encouragement dari orang lain untuk banyak hal termasuk untuk mencapai sebuah tujuan, terutama tujuan finansial barangkali yah. Dan benar kata temanku, kita seringnya cuman ingin mendengar dan mempercayai apa yang kita ingin dengar dan ingin kita percayai. Pilihannya ada di kita. Gunakanlah sebanyak mungkin reference yang bisa kita percaya. Tapi kembali lagi, mungkin kita cuman menerima beberapa reference yang kita MAU PERCAYA, tanpa mengecek validitasnya. Payah ya. Jangan sampei kita ternyata seperti Ulfa dan Novita itu yang ternyata bisa dikerjain oleh seorang actor, kapan saja.
Maaf beribu maaf yah, tulisan ini tidak bermaksud menyerang pihak manapun, sekedar review yang jelas ada unsur subjektifitasnya. So, please comment....Labels: buku, isme, review
===>>> Digores oleh: dwiAgus di | @ 4:24 PM
| |
<<< === === >>>